REPUBLIKA.CO.ID, WAHINGTON — Menteri Luar Negeri Armenia Ara Ayvazyan melakukan perbincangan dengan Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Stephen E. Biegun, Selasa (24/11). Dalam perbincangan itu, menurut Wakil Kepala Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Cale Brown, kedua negara akan melakukan kerja sama, selain dari pembicaraan bantuan menyoal konflik.
Dikutip dari Armradio pada Selasa (24/11). Wamenlu Biegun juga menyambut dengan baik Menteri Luar Negeri Ayvazyan di posisi barunya. Ia juga menyatakan harapan untuk kerja sama erat antara AS-Armenia yang berkelanjutan ke depannya.
Dalam perbincangan itu, kedua pihak juga membahas bantuan kemanusiaan AS ke wilayah tersebut serta mengutamakan upaya untuk merundingkan penyelesaian damai untuk konflik Nagorno-Karabakh.
Seperti diketahui sebelumnya, dalam visual yang beredar di media sosial, beberapa warga sipil Armenia terlihat mengibarkan bendera putih di depan tentara Azerbaijan untuk meminta lebih banyak waktu sebelum meninggalkan wilayah sengketa. Berdasarkan pantauan, pasukan Azerbaijan juga terlihat menunggu di depan rumah dan membiarkan orang Armenia membawa barang-barangnya ke dalam truk.
Hubungan antara bekas republik Soviet, Azerbaijan dan Armenia telah tegang sejak 1991 ketika militer Armenia menduduki Nagorno-Karabakh. Setelah 30 tahun berlalu, bentrokan baru meletus pada 27 September kemarin. Dalam konflik itu, tentara Armenia diklaim terus menyerang warga sipil dan pasukan Azerbaijan, bahkan melanggar perjanjian gencatan senjata kemanusiaan selama 44 hari.
Atas dasar itu, pada 10 November kedua negara menandatangani perjanjian yang ditengahi Rusia untuk mengakhiri pertempuran. Kedua negara mulai berkomitmen menuju resolusi yang komprehensif.
Selain meninggalkan wilayah yang masih terisi, Armenia juga diharuskan meninggalkan Kalbajar pada 15 November lalu. Namun Armenia tidak dapat melakukannya dan meminta waktu tambahan hingga 25 November. Sejauh ini, Baku diketahui membebaskan beberapa kota dan hampir 300 permukiman serta desa dari pendudukan Armenia.