REPUBLIKA.CO.ID, HARARE -- Lebih dari 1,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp 21,3 triliun (kurs Rp 14.200 per dolar AS) emas diselundupkan keluar dari Zimbabwe setiap tahun. Menurut Organisasi penelitian Internasional Crisis Group (ICG), hal itu merampas pendapatan devisa penting negara.
Emas tersebut secara ilegal dikirim dari tambang berskala kecil di negara Afrika selatan itu. Dalam sebuah laporan, ICG mengatakan, seringkali emas diselundupkan ke pusat perdagangan emas batangan di Dubai.
Beberapa dari tambang emas itu diganggu oleh beberapa kelompok kekerasan yang memiliki koneksi politik. Penyelundupan berkembang pesat di bawah undang-undang Zimbabwe yang memaksa para penambang menjual logam mulia mereka ke sebuah unit bank sentral. Bank tersebut hanya membayar 70 persen harga emas dalam mata uang dolar AS.
Sebab bila menggunakan mata uang lokal, tidak hanya tidak berharga di luar negeri. Melainkan juga dibayar dengan tarif resmi yang jauh di bawah level pasar gelap.
"Skema pembelian emas tersentralisasi di Zimbabwe merendahkan para produsen. Ini sebuah praktik yang mendorong penyelundupan dan mengikis keuntungan industri pertambangan, membuat perusahaan menutup tambang," kata ICG seperti dilansir Bloomberg, Rabu (25/11).
Tambang industri yang menganggur, kata ICG, menjadi target intrusi oleh penambang artisanal. Pembayaran kepada penambang skala kecil pun jauh lebih rendah, daripada harga spot emas, sehingga mendorong mereka mencari pasar lebih menguntungkan. Namun ICG tidak mengatakan bagaimana ukuran pengiriman emas ilegal.
Chamber of Mines menilai, produsen emas yang lebih besar, juga terkena dampak penundaan pembayaran. Maka mereka mendesak pemerintah membatalkan undang-undang yang mewajibkan mereka menjual ke bank sentral.
Sektor pertambangan Zimbabwe dinilai sebagai kunci memulai kembali ekonomi yang menderita, kekurangan bahan bakar, kekurangan makanan, serta kekurangan dolar AS. Data bank sentral menyebutkan, ekspor emas resmi turun 23 persen menjadi kurang dari 700 juta dolar AS dalam 10 bulan pertama tahun ini karena output merosot.
“Sebagai pemerintah, kami berupaya meminimalkan biaya penyelundupan,” kata Wakil Menteri Pertambangan Sopan Kambamura. Sementara, Menteri Dalam Negeri Kazembe Kazembe mengatakan kepada surat kabar milik negara Chronicle pada September lalu, penyelundupan emas bisa berjumlah setidaknya 100 juta dolar AS dalam sebulan.