REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Ketahanan Pangan (BKP), Kementerian Pertanian (Kementan), melakukan pendampingan terhadap 200 pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) pangan lokal untuk masuk ke pasar digital. Perluasan pemasaran menjadi salah satu cara yang dipilih pemerintah demi mendorong upaya diversifikasi pangan lokal.
Kepala BKP, Agung Hendriadi mengatakan, pihaknya menilai perluasan pemasaran aneka produk pangan lokal harus segera masuk ke e-commerce. Kementan, kata dia, siap mendampingi dan memfasilitasi para UMKM selama pelaku usaha bisa menjaga komitmen sekaligus kontinuitas suplai dan kualitas barang.
"Mungkin ini (diversifikasi pangan) dinilai terlalu optimis, tapi kami meyakini tanpa ada upaya keras yang kita lakukan, tidak akan pernah tercapai," kata Agung dalam Launching dan Ekspos UMKM Pangan Lokal, Kamis (26/11).
Ia menjelaskan, target akhir dari diversifikasi pangan adalah menurunkan konsumsi beras. Diketahui, konsumsi beras pada tahun 2019 sebesar 94,9 kilogram (kg) per kapita per tahun.
Adapun untuk tahun ini, belum diketahui tren konsumsi beras namun pemerintah sudah menargetkan agar mulai turun ke angka 92,9 kg per kapita per tahun. Tren konsumsi diharapkan terus menurun hingga tahun 2024 mendatang sebesar 85 kg per kapita per tahun.
Seiring dengan menurunnya konsumsi beras, produksi komoditas pangan lokal dan konsumsinya harus dinaikkan. Khusus tahun depan, konsumsi talas ditargetkan mencapai 1,8 kg per kapita per tahun dari posisi 2019 0,6 kg per kapita per tahun.
Kemudian pisang naik ke angka 8,1 kg per kapita per tahun, kentang 4,5 kg per kapita per tahun, sagu 1,1 kg per kapita per tahun, jagung 2,7 kg per kapita per tahun, serta ubi kayu yang naik menjadi 12,4 kg per kapita per tahun.
"Di beberapa negara tetangga penurunan konsumsi beras telah berhasil, tentu kami berharap di Indonesi ajuga bisa berkurang dan konsumsi karbohidrat dari pangan lokal lain bisa meningkat," ujarnya.