Ahad 29 Nov 2020 05:23 WIB

Ilmuwannya Dibunuh, Presiden Iran Bersumpah untuk Israel

Presiden Iran bersumpah ke Israel karena ilmuwannya dibunuh.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Muhammad Hafil
 Ilmuwannya Dibunuh, Presiden Iran Bersumpah untuk Israel. Foto: Sebuah foto selebaran yang disediakan oleh kantor kepresidenan Iran menunjukkan Presiden Iran Hassan Rouhani berbicara selama pertemuan kabinet di Teheran, Iran, 11 November 2020. Rouhani mengatakan kebijakan Iran akan tetap tidak berubah terlepas siapa yang menjadi presiden AS berikutnya dan terserah pada pemerintahan baru AS untuk kembali ke diplomasi dengan Iran atau tidak.
Foto: EPA-EFE/PRESIDENTIAL OFFICE HANDOUT
Ilmuwannya Dibunuh, Presiden Iran Bersumpah untuk Israel. Foto: Sebuah foto selebaran yang disediakan oleh kantor kepresidenan Iran menunjukkan Presiden Iran Hassan Rouhani berbicara selama pertemuan kabinet di Teheran, Iran, 11 November 2020. Rouhani mengatakan kebijakan Iran akan tetap tidak berubah terlepas siapa yang menjadi presiden AS berikutnya dan terserah pada pemerintahan baru AS untuk kembali ke diplomasi dengan Iran atau tidak.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN--Presiden Iran Hassan Rouhani menuduh Israel membunuh ilmuwan nuklir terkemuka negaranya Mohsen Fakhrizadeh pada Jumat (27/11). Korban juga diyakini oleh Dunia Barat sebagai arsitek program nuklir militer rahasia Teheran.

Para tokoh ulama dan militer Iran juga mengancam akan membalas dendam atas pembunuhan Mohsen Fakhrizadeh. Hal ini dapat meningkatkan ketegangan di kawasan Timur Tengah dan sekitarnya.

Baca Juga

"Rakyat kami lebih bijaksana daripada jatuh ke dalam perangkap rezim Zionis (Israel). Iran pasti akan menanggapi kemartiran ilmuwan kami pada waktu yang tepat. Sekali lagi, tangan jahat dari arogansi global dan tentara bayaran Zionis (Israel) ternoda dengan darah seorang putra Iran," kata Rouhani dalam sebuah pernyataan, Sabtu (27/11).

Dia juga menambahkan bahwa kematian Fakhrizadeh tidak akan memperlambat kerja nuklir Iran. Sementara Israel hingga kini menolak berkomentar tentang tudingan pembunuhan itu. Sementara Gedung Putih, Pentagon, Departemen Luar Negeri AS dan CIA menolak berkomentar, begitu pula tim transisi Biden.