REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Program Studi (Prodi) Bahasa Inggris Fakultas Komunikasi dan Bahasa Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) sukses menggelar webinar bahasa dengan tema ‘Mingle with Different Culture’, pada Selasa (1/12).
Kegiatan yang digelar secara daring via Zoom ini, menghadirkan Musyawarah Machmud, MA, selaku founder and Managing Director Korean Institute for Education and Culture (KIEC).
KIEC merupakan sebuah lembaga edukasi yang membantu pelajar Indonesia untuk mengenyam studi di Korea Selatan.
Dalam webinar ini, mahasiswa belajar tentang perbedaan budaya dan bahasa sendiri dengan negara luar, khususnya Korea Selatan.
“Budaya menjadikan setiap negara punya keunikan tersendiri. Kita juga harus memahami perbedaan budaya dengan negara lain,” katanya seperti dikutip dalam rilis yang diterima Republika.co.id.
Selain itu, menurutnya, perbedaan budaya menambah keberagaman dan bisa jadi identitas dari suatu negara.
Dalam pemaparannya juga, Musyawarah menyebut, meski berbeda, perbedaan tersebut tidak menjadi jurang pemisah. Bahkan, dengan perbedaan tersebut bisa lebih membuka wawasan mahasiswa.
“Misalnya, kalian suka Kpop, drakor, itu sah-sah saja, dan itu bisa menjadi peluang untuk karier masa depan kalian. Terlebih bagi yang ingin berkuliah di Korea Selatan, akan lebih mudah diraih,” paparnya.
Ia pun berpesan bahwa generasi muda saat ini, harus bisa menjaga warisan budaya nenek moyang terdahulunya.
Agus Priadi, selaku Ketua Prodi Sastra Inggris UBSI, menyebut, dengan webinar ini, mahasiswa semakin kaya akan pengetahuan mengenai bahasa dan budaya. Adi berpesan, meski menyukai budaya lain, tapi generasi muda tetap harus lebih cinta pada budayanya sendiri.
“Semangat generasi muda Indonesia, menjadi salah satu modal agar budaya kita tetap bisa lestari. Meski mereka menyukai budaya negara lain, tapi tetap harus lebih cinta budaya sendiri,” ujarnya.