Kamis 10 Dec 2020 12:46 WIB

Palestina Berjuang Peroleh Vaksin Covid-19

Palestina berharap proses vaksinasi sudah mulai dilakukan pada Januari 2021.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Ilustrasi vaksin. Hasil survei penerimaan vaksin Covid-19 yang diadakan oleh Kementerian Kesehatan bersama Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) yang didukung UNICEF dan WHO menunjukan bahwa mayoritas masyarakat siap divaksin Covid-19.
Foto: istimewa
Ilustrasi vaksin. Hasil survei penerimaan vaksin Covid-19 yang diadakan oleh Kementerian Kesehatan bersama Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) yang didukung UNICEF dan WHO menunjukan bahwa mayoritas masyarakat siap divaksin Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Seperti negara lain di dunia, Palestina berupaya memperoleh vaksin Covid-19. Menteri Kesehatan Otoritas Palestina Mai al-Kaila berharap proses vaksinasi dapat dilakukan antara Januari dan Maret 2021.

“Kami berharap vaksinasi pertama kami akan dilakukan sekitar akhir Januari, awal Februari, pada Maret itu akan bersama kami,” kata al-Kaila kepada awak media pada Rabu (9/12), dikutip laman Times of Israel.

Baca Juga

Al-Kaila mengatakan, guna memperoleh vaksin Covid-19, Otoritas Palestina telah mengajukan aplikasi untuk inisiatif Covax. Ia adalah sebuah program yang didukung PBB yang berharap dapat menyediakan 20 persen vaksin Covid-19 bagi negara-negara berpenghasilan rendah secara gratis.

“Menurut pedoman Covax, prioritas pertama harus diberikan kepada perespons medis pertama. Kami sampaikan kepada mereka bahwa kami ingin juga memprioritaskan petugas keamanan yang bekerja bersama kami di lapangan, para lansia, ibu hamil, dan orang sakit kronis,” kata al-Kaila.

Di luar vaksin gratis yang diperoleh, al-Kaila menyarankan Otoritas Palestina dapat terus membeli vaksin bersubsidi dari Covax. Namun proses untuk hal tersebut belum tuntas.

Selain Covax, Palestina pun sedang menjalin komunikasi dengan AstraZeneca, Moderna, dan Rusia. Namun berbeda dengan Israel, Palestina tampaknya tak akan menggunakan produk Pfizer. Al-Kaila mengatakan, Palestina tidak memiliki peralatan atau fasilitas untuk mengamankan vaksin Pfizer.

“Vaksin Pfizer membutuhkan faktor logistik, pembekuan, lemari pendingin yang dapat menjaga isinya pada suhu minus 75 derajat hingga minus 80 derajat celcius. Kami hanya memiliki satu lemari pendingin di Palestina untuk penyimpanan dan itu tidak akan menampung jumlah besar,” ucap al-Kaila.

Selain lemari pendingin berkapasitas besar, diperlukan pula pendingin dengan ukuran lebih kecil untuk memindahkan atau mendistribusikan vaksin. “Itu tidak tersedia bagi kami, jadi kami telah menutup kemungkinan itu,” ujar al-Kaila.

Israel telah memesan vaksin Covid-19 Pfizer untuk memulai proses vaksinasi yang dijadwalkan dimulai pada akhir Desember. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akan menjadi orang pertama di negara tersebut yang divaksinasi menggunakan vaksin Pfizer. Selain ingin menjadi teladan bagi warga, dia hendak menunjukkan bahwa vaksin tersebut aman dan efektif.

"Saya percaya pada vaksin ini, saya berharap mendapatkan persetujuan yang diperlukan dalam beberapa hari ke depan," kata Netanyahu pada Rabu (9/12), dikutip laman BNN Bloomberg.

Netanyahu mengungkapkan dia ingin semua warga Israel divaksinasi. "Untuk melakukan itu,  saya ingin menjadi teladan bagi mereka, dan saya berencana menjadi yang pertama diinokulasi dengan vaksin di Israel," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement