REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil memenuhi janjinya untuk menangani banjir dengan melakukan peletakan batu pertama atau groundbreaking Kolam Retensi Andir dan lima polder di Kelurahan Andir, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Kamis petang (10/12).
Turut mendampingi gubernur dalam groundbreaking ini adalah unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Jabar, Direktur Jenderal Sumber Daya Air (Dirjen SDA) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Republik Indonesia (RI) Jarot Widyoko, dan Bupati Bandung Dadang M. Naser.
Adapun kolam retensi akan dibangun di lahan seluas 4,85 hektare (Ha), luas daerah tangkapan air (catchment area) 148,78 Ha, luas genangan 2,75 Ha, serta volume tampungan hingga 137,500 meter kubik (m³).
Dalam proyek pembangunan ini, dibangun juga lima polder: (1) Polder Cipalasari-1 dengan catchment area seluas 29,79 Ha dan volume tampungan 1.125 m³; (2) Polder Cipalasari-2 (catchment area 11,79 Ha dan volume 1.125 m³); (3) Polder Cijambe Barat (catchment area 78,20 Ha dan volume 1.125 m³); (4) Polder Cijambe Timur (catchment area 58,60 Ha dan volume 1.125 m³); dan (5) Polder Cisangkuy (catchment area 7,85 Ha dan volume 450 m³).
Menurut Ridwan Kamil, pembangunan kolam retensi dan polder merupakan komitmennya bersama pemerintah pusat melalui Kementerian PUPR RI untuk mengatasi banjir, khususnya di Kabupaten Bandung.
Ridwan Kamil pun berterima kasih kepada Kementerian PUPR RI yang telah bersinergi bersama Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jabar dan Pemda Kabupaten Bandung dalam membangun Kolam Retensi Andir dan lima polder dengan anggaran sekitar Rp141 miliar dan ditargetkan selesai pada Desember 2021.
“Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat mengucapkan terima kasih atas komitmen pemerintah pusat, yaitu hadirnya danau retensi atau kolam retensi kedua setelah Cieunteung,” ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil.
Emil menargetkan, proyek tersebut pada Oktober 2021 bisa selesai (lebih cepat). Sehingga kalau ada potensi banjir di akhir tahun depan itu bisa dikurangi. "Saya juga berbincang dengan warga, dan mereka sangat mengapresiasi pekerjaan umum ini sehingga bisa mengurangi kebencanaan setiap tahunnya di daerah ini,” katanya.
Emil pun menjelaskan, air yang ditampung di kolam retensi ini nantinya bisa dipompa ke Sungai Citarum dan diolah di Waduk Saguling, Cirata, dan Jatiluhur untuk berbagai keperluan, dari sumber air bersih hingga pembangkit listrik.
Emil juga berharap agar keberadaan kolam retensi bisa memberikan manfaat secara ekonomi, termasuk menghadirkan area rekreasi atau pariwisata bagi warga.
“Saya inginnya setiap kolam retensi itu juga ada peluang pariwisatanya. Jangan hanya tempat air, tapi kalau bisa ada sebuah gagasan agar orang bisa berekreasi di situ. Jadi kita akomodir bisa (manfaat) secara ekologis berhasil, sekaligus juga ekonominya,” papar Emil.
Selain itu, kata Emil, upaya lain yang sudah dilakukan dalam mengurangi potensi banjir di Kabupaten Bandung adalah pembangunan Sodetan Cisangkuy dan telah beroperasinya Terowongan Nanjung sepanjang 230 meter pada akhir 2019.
Sodetan Cisangkuy sendiri mampu mengalirkan air kurang lebih 220 m³ per detik dan saat ini proses pembangunan memasuki tahap akhir. Pada prinsipnya, sodetan ini telah mampu berfungsi untuk membantu mengendalikan aliran sungai, sehingga tidak menimbulkan banjir di kawasan Baleendah dan Dayeuhkolot.
Meskipun masih terjadi banjir di kawasan tersebut, sodetan ini akan mengurangi secara signifikan baik dari sisi genangan air maupun dari sisi waktu genangannya.
“Mudah-mudahan dari tahun ke tahun kita bisa mengurangi (banjir), termasuk secara ilmiah Terowongan Nanjung itu mengurangi dari 100 persen rutinitas banjir tinggal 25 persen,” katanya.
“Jadi, memang tidak bisa menghentikan 100 persen (banjir), tapi volume (banjir) pengurangannya sudah sangat-sangat signifikan dan tidak berhari-hari (terjadi banjir) seperti dulu. Saya kira itu komitmennya (mengatasi banjir),” tambahnya.
Emil menegaskan, pemerintah tidak hanya berkomitmen menangani banjir di Kabupaten Bandung, tetapi juga di wilayah Bogor-Depok-Bekasi (Bodebek). Berbagai upaya dilakukan, termasuk menerapkan pola Citarum Harum untuk penanganan Sungai Cilamaya dan Cileungsi.
Sementara itu, Dirjen SDA Kementerian PUPR RI Jarot Widyoko dalam sambutannya mengatakan, pembangunan Kolam Retensi Andir dan lima polder merupakan bagian dari program pemerintah pusat untuk mengendalikan banjir Sungai Citarum. Selanjutnya, Kementerian PUPR akan melakukan penanganan banjir di daerah hilir.
“Jadi mulai dari hulu sampai ke hilir, banyak hal yang kami lakukan. Ini (pembangunan Kolam Retensi Andir dan lima polder) merupakan kegiatan paling akhir di bagian hulu, selanjutnya kita akan (lakukan penanganan banjir) di bagian hilir,” kata Jarot.
Terkait upaya menangani banjir di hilir, Jarot menjelaskan bahwa pemerintah akan memulai kegiatan pengendalian banjir melalui normalisasi Kali Bekasi. Kegiatan penanganan ini rencananya akan berlangsung hingga 2023.
“Ini upaya maksimal, sekali lagi mengendalikan, mengurangi, dan mengeliminir kondisi genangan (banjir) yang ada di masyarakat," katanya.