REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur (Jatim) Herlin Ferliana mengakui adanya peningkatan keterisian tempat tidur di rumah sakit rujukan Covid-19 se-Jatim. Berdasarkan data Satgas Covid-19 Jatim, pada Kamis (10/12) terjadi penambahan kasus baru Covid-19 mencapai 796 kasus. Sepekan terakhir, penambahan kasus Covid-19 Jatim rata-rata di atas 500 kasus.
"Dua minggu terakhir luar biasa. Saya tidak bawa data, tapi seingat saya rata-rata tempat tidur yang terpakai di Rumah Sakit sekarang hampir 70 persen," ujarnya dikonfirmasi Jumat (11/12).
Herlin mengaku, Pemprov Jatim telah mengambil langkah penanganan, yakni dengan mengumpulkan Kepala Dinas Kesehatan se-Jatim dan Direktur Utama Rumah Sakit Rujukan Covid-19. Pemprov Jatim diakuinya meminta penambahan ketersediaan tempat tidur untyk pasien Covid-19 di masing-masing rumah sakit.
Herlin mengatakan, sebenarnya dua pekan lalu tingkat keterisian rumah sakit di Jatim sangat terkendali. Bahkan di bawah 40 persen. Sampai sekarang, kata dia, tempat tidur untuk pasien non Covid-19 juga tidak banyak terpakai.
"Jadi kami meminta tempat tidur yang non Covid-19 dimanfaatkan untuk penanganan Covid-19 Karena tidak banyak terpakai," ujarnya.
Langkah kedua yang dilakukan Pemprov Jatim untuk mengatasi membludaknya pasien Covid-19 adalah dengan menyediakan rumah sakit darurat Covid-19. Salah satu yang akan segera beroperasi di Malang Raya.
"Bu Gubernur sudah meminta penyiapan RSDL di Politeknik Kesehatan Malang (Polkesma). Minggu-minggu ini InsyaAllah sudah bisa menampung pasien Covid-19. Kapasitasnya 300 tapi untuk awal 100 tempat tidur," kata Herlin.
Ketua Persi Jatim dr. Dodo Anondo mengaku mendapat laporan terkait peningkatan tingkat keterisian rumah sakit Covid-19 dari 8 Koordinator Wilayah Persi di Jatim. Dodo menyatakan, Persi Jatim siap membantu dalam hal koordinasi dan tindak lanjut mengenai ketersediaan tempat di rumah sakit serta memberikan masukan penanganan.
"Tapi pengambil kebijakan tetap Satgas Covid-19," ujarnya.
Dodo menyatakan akan menyampaikan beberapa masukan kepada kepala dinas kabupaten/ kota di Jatim. Masukan utamanya, kata dia, seharusnya Jawa Timur sudah memiliki rumah sakit khusus Covid-19. Sebab, sejauh ini RS dr. Soetomo masih menangani pasien non-Covid-19. Demikian juga RS Universitas Airlangga.
Penambahan ruangan resusitasi di IGD Khusus Penyakit Menular di RS dr Soetomo yang jumlahnya 15 orang, menurutnya tidak sebanding dengan pasien Covid-19 dengan gejala berat yang juga membludak. "Kalau saya, kalau memang tidak mungkin mendirikan RS Khusus Covid-19, ya sudah yang ada ditambah kapasitasnya. Jadi di RS Lapangan itu ditambah ruangannya. Lalu ada RS Lapangan di daerah-daerah," ujarnya.
Keberadaan Rumah Sakit Lapangan di daerah selain Surabaya juga menurutnya penting. Supaya tidak semua pasien dirujuk ke Surabaya sehingga ketersediaan tempat tidur yang ada tidak mencukupi.
"Saran saya Dinkes kabupaten/kota juga harus mencarikan solusi untuk rumah sakit-rumah sakit. Supaya tidak dirujuk ke Surabaya semua, masing-masing kabupaten/ kota punya tempat atau rumah sakit khusus Covid-19," ujarnya.
Penanggung Jawab RS Darurat Lapangan (RSDL) Indrapura Surabaya Laksamana Dr dr Nalendra menyampaikan, dari 357 tempat tidur yang tersedia, saat ini yang terisi sudah 300-an tempat tidur. Menurut Nalendra, ini adalah rekor baru RSDL Indrapura. Bahkan dalam sehari, tepatnya pada Jumat (11/12), RSDL ketambahan pasien baru mencapai 280 orang.