REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia menilai rencana penggabungan atau merger bank syariah BUMN mendorong Indonesia memiliki satu bank syariah dengan aset yang besar. Bahkan dalam dua tahun ke depan bank syariah BUMN bisa masuk kelompok bank umum kegiatan usaha (BUKU) IV.
Direktur Riset CORE Piter Abdullah mengatakan jika bank syariah BUMN memiliki aset yang besar dari hasil merger maka berpotensi mempunyai kapasitas daya saing yang tinggi. Sehingga bisa membantu pertumbuhan share perbankan syariah yang saat ini masih rendah.
“Dengan bank syariah yang besar, kita diharapkan akan mampu menarik institusi pengelola dana Islam global agar bisa masuk ke Indonesia untuk menanamkan dana,” ujarnya ketika dihubungi, Jumat (11/12).
Menurutnya peluang tersebut juga akan semakin besar seiring langkah pemerintah yang mendirikan lembaga pengelola investasi atau sovereign wealth fund (SWF) Indonesia.
“Pemerintah bersama bank syariah hasil merger bisa menerbitkan sukuk global dengan dukungan proyek infrastruktur pemerintah. Ini akan sangat menarik bagi investor global yang berorientasi instrument syariah,” ucapnya.
Kendati demikian, Piter menyebut, persiapan merger bank syariah BUMN membutuhkan persiapan yang matang. Pertama, persiapan sumber daya manusia khususnya sektor perbankan di Indonesia.
“Saat ini SDM perbankan syariah bukanlah yang terbaik. Terbukti dengan pengelolaan bank syariah kita selama ini masih jauh dari optimal,” ucapnya.
Kedua, lanjut Piter, mengembangkan ekosistem dan pasar produk halal dalam negeri yang potensinya besar. Hal ini agar dapat menjadi pasar bagi bank syariah hasil merger.
Ketiga, kebijakan pemerintah yang fokus mendukung pengembangan keuangan syariah dengan menyediakan berbagai bentuk insentif.
“Setidaknya tiga hal ini dibutuhkan agar merger bank syariah milik pemerintah benar-benar membawa manfaat mendukung perbankan nasional,” ucapnya.
Sementara Perusahaan konsultan dan jasa audit, tax, and advisory Grant Thornton Indonesia menilai penggabungan tiga bank syariah merupakan langkah besar untuk memperkuat ekonomi syariah di Indonesia dari segi model, aset, maupun produk dan layanan yang dapat memenuhi kebutuhan nasabah sesuai dengan prinsip syariah.
"Sistem perekonomian syariah dapat menjadi alternatif dari sistem perbankan konvensional karena sistem ini mempunyai daya resistansi yang cukup kuat terhadap krisis keuangan global seperti sekarang. Adanya penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia selanjutnya bisa menjadi pelopor ekonomi syariah dunia,” ucap CEO Managing Partner Grant Thornton Indonesia Johanna Gani.