REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Pemerintah Kota (Pemkot) Tasikmalaya masih terus menyelesaikan kesepakatan dengan manajemen hotel untuk dijadikan tempat isolasi pasien Covid-19. Penggunaan hotel di Tasikmalaya sebagai tempat isolasi sangat dibutuhkan mengingat ruang isolasi di rumah sakit sudah penuh.
Sekretaris Daerah Kota Tasikmalaya, Ivan Diksan mengaku sudah meminta kepala dinas kesehatan untuk menyelesaikan kesepakatan dengan pihak hotel pada hari ini. Dengan begitu, hotel sebagai tempat isolasi dapat segera dioperasionalkan.
"Kadis kesehatan saya minta agar hari ini sudah selesai proses kesepakatan dengan pihak Hotel Crown-nya, dan segera bisa digunakan. Tapi belum ada laporan dari kadis," kata dia, saat dikonfirmasi Republika.co.id, Senin (14/12).
Menurut dia, kasus Covid-19 di Kota Tasikmalaya saat ini sudah mendekati situasi kritis. Sebab, penambahan masih terus terjadi, sementara kapasitas ruang perawatan sangat terbatas.
Ia juga meminta para aparatur sipil negara (ASN) melakukan sosialisasi terkait penerapan protokol kesehatan kepada masyarakat. "Jangan lelah memberitahu masyarakat," kata dia.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya hingga Senin, total terdapat 1.556 kasus terkonfirmasi positif Covid-19. Sebanyak 937 kasus di antaranya masih aktif, 416 kasus simtomatik dan 521 kasus asimtomatik. Sementara itu, 583 orang telah dinyatakan sembuh dan 36 orang meninggal dunia.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Uus Supangat mengatakan, hotel untuk tempat isolasi baru pada Selasa (15/12) baru bisa digunakan. Sebab, dari beberapa altenatif hotel, harus diputuskan terlebih dahulu bangunan yang akan digunakan untuk tempat isolasi pasien Covid-19.
"Insya Allah Selasa besok kita buka ruang isolasi baru di hotel. Ada beberapa alternatif, besok kita putuskan hotel mana yang akan kita pakai yang memenuhi syarat isolasi," kata dia, Ahad.
Ia menjelaskan, penggunaan hotel sebagai tempat isolasi harus memenuhi beberapa syarat. Salah satunya, hotel itu harus memiliki beberapa akses masuk, sehingga masuknya pasien dengan petugas dapat dibedakan. Sebab, jika hanya terdapat satu akses akan terjadi penumpukan dalam satu tempat.
Selain itu, lanjut dia, bangunan hotel juga tak perlu terlalu tinggi. Bangunan dua atau tiga lantai dinilai sudah cukup, sehingga dapat memudahkan pengawasan kepada pasien. "Sebenarnya tak ada syarat mutlak. Yang penting itu ada kamar dan ruang terbuka untuk olahraga," kata Uus.
Ihwal rekrutmen relawan tenaga kesehatan, ia menambahkan, saat ini pihaknya masih dalam proses perekrutan. Diharapkan dalam waktu dekat rekrutmen sudah dapat selesai. "Kalau belum selesai, kita gunakan tanaga yang ada dulu," kata dia.