REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Pemilik Kapal Nasional atau Indonesia National Shipowners Association (INSA) optimistis pada 2021 sektor pelayaran akan memulai kembali geliat kinerjanya. Ketua Umum DPP INSA Carmelita Hartoto mengungkapkan terdapat beberapa peluang yang masih bisa dimaksimalkan pada 2021.
"Pelayaran nasional masih memiliki sejumlah peluang makro yang bisa ditangkap untuk mengoptimalkan kinerja perusahaan," kata Carmelita dalam diskusi virtual, Senin (14/12).
Dia mengatakan terdapat lima peluang utama. Kelimanya yakni beyond cabotage, angkutan fame, wisata bahari, pemindahan Ibu Kota negara, dan pengiriman material mentah serta BBM.
Wakil Ketua I DPP INSA Darmansyah Tanamas mengatakan untuk beyond cabotage peluangnya masih sangat terbuka pada 2021. "Ini adalah program pemerintah memberdayakan pelayaran, khususnya angkutan ekspor," jelas Darmansyah.
Darmansyah menuturkan, tujuan utama dari beyond cabotage dapat mengurangi defisit transaksi jasa. Terlebih, sesuai dengan Permendag Nomor 65 Tahun 2020, saat ini masih diwajibkan ekspor menggunakan pelayaran nasional dengan kapasitas angkut 10 ribu DT.
Untuk itu, Darmansyah mengatakan semua pengusaha pelayaran nasional harus bisa memanfaatkan hal tersebut. Semua hal tersebut menurutnya bergantung kepada kesiapan perusahaan pelayaran, pemilik kargo, dan keseriusan pemerintah dalam memberdayakan pelayaran.
Begitupun juga peluang dari wisata bahari, Darmansyah mengatakan prospek pelayaran kapal wisata juga sangat berpeluang. Meskipun begitu, Darmansyah menilai saat ini wisata bahari masih belum bisa dijadikan peluang karena pembatasan selama pandemi Covid-19 masih diberlakukan.
"Tapi nanti setelah ada vaksinasi bisa kita lihat bagaimana kebijakan pemerintah untuk kegiatan usaha wisata bahari," tutur Darmansyah.
Sementara itu, Wakil Ketua II DPP INSA Darmadi Go mengatakan selain peluang angkutan internasional, pengangkutan fame juga masih sangat terbuka peluangnya. Fame yang menjadi bahan campuran dari kelapa sawit untuk membuat biosolar juga memiliki potensi.
"Sawit yang diproduksi dalam negeri otomatis angkutannya dari pemilik sawit bisa ekspor. Sebagian fame dimasukkan dan porsi impor solar berkurang. Ini bisa membuka peluang angkutan meningkat," ungkap Darmadi.