Jumat 18 Dec 2020 16:31 WIB

Ketika Jam Hitung Mundur Olimpiade Berhenti

Pada 25 Maret 2020, jam raksasa hitung mundur olimpiade berhenti.

Pejalan kaki yang mengenakan topeng pelindung berjalan melewati jam hitung Olimpiade dan Paralimpik Tokyo sebelum Stasiun Tokyo di Tokyo, Jepang, 15 Juli 2020.
Foto: EPA-EFE/FRANCK ROBICHON
Pejalan kaki yang mengenakan topeng pelindung berjalan melewati jam hitung Olimpiade dan Paralimpik Tokyo sebelum Stasiun Tokyo di Tokyo, Jepang, 15 Juli 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada 25 Maret 2020, jam raksasa hitung mundur di depan Stasiun Tokyo itu seketika berhenti menayangkan jam, menit dan detik tersisa hingga pesta pembukaan Olimpiade digelar pada 24 Juli 2020.

Jam yang didominasi warna merah putih yang sempat populer itu tak lagi istimewa setelah Komite Olimpiade Internasional (IOC) dan panitia pelaksana Olimpiade Tokyo sepakat menunda pesta olahraga empat tahunan itu ke tahun 2021 karena kekhawatiran penularan virus corona tak kunjung mereda.

Baca Juga

IOC pada awalnya berkomitmen tetap melangsungkan Olimpiade Tokyo sesuai jadwal. Begitu pun dengan pihak penyelenggara yang dalam berbagai kesempatan selalu menyampaikan bahwa penundaan bukanlah opsi, meskipun sudah banyak event olahraga dunia yang dihentikan.

Pilihan tersebut memang berlawanan jika dibandingkan dengan UEFA, misalnya, yang sudah jauh-jauh hari memutuskan menunda Piala Eropa 2020 ke tahun depan.

Namun, pada akhirnya IOC dan pemerintah Jepang menyerah setelah mendapat banyak tekanan hingga kecaman dari kalangan atlet, Komite Olimpiade Nasional (NOC), federasi olahraga hingga masyarakat pada umumnya, yang mendesak agar Olimpiade Tokyo ditunda.

Desakan itu salah satunya muncul dari presiden AS Donald Trump yang menyatakan panitia penyelenggara mesti memutuskan penundaan selama satu tahun.

Desakan selanjutnya datang dari Presiden Komite Olimpiade Spanyol (COE) Alejandro Blanco yang mengaku cenderung ingin agar Olimpiade Tokyo 2020 ditunda karena wabah virus corona makin hari makin mengkhawatirkan.

Seruan penangguhan kian kencang ketika banyak federasi olahraga, para olimpian, dan NOC di berbagai negara juga mendukung penuh penundaan.

Sejumlah NOC, di antaranya Brazil, Norwegia, Slovenia, dan Kanada bahkan sudah resmi meminta IOC menunda Olimpiade sampai tahun depan. Jika tetap bersikeras digelar pada tahun ini, mereka mengancam tak akan mengirimkan atletnya ke Tokyo.

Hingga pada 24 Maret 2020, Perdana Menteri Jepang saat itu, Shinzo Abe, dan Presiden IOC Thomas Bach, melalui pembicaraan lewat telepon, akhirnya sepakat menunda pelaksanaan Olimpiade Tokyo untuk kemudian dijadwal ulang pada 23 Juli-8 Agustus 2021.

“Dalam pembicaraan dengan Perdana Menteri Abe via telepon, kami menyepakati bahwa Olimpiade XXXII di Tokyo dan Paralimpiade 2020 harus dijadwal ulang setelah 2020...demi menjaga kesehatan para atlet dan semua yang terlibat dalam Olimpiade,” kata Bach.

 

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement