REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Pemerintah Israel mengatakan, Facebook menghapus konten yang menyebarkan antivaksinasi virus corona. Kementerian Kehakiman Israel mengatakan, hal itu dilakukan saat Tel Aviv ingin mendorong program tersebut.
Pada Sabtu (19/12), Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menjadi orang pertama yang divaksin di Israel. Survei menunjukkan, dua pertiga masyarakat Israel ingin mengikuti jejak perdana menteri.
Ahad (20/12), Kementerian Kehakiman Israel mengatakan, berdasarkan permintaan mereka pada akhir pekan ini, Facebok menghapus empat grup. Mereka mengatakan, grup itu menyebarkan tulisan, foto, dan video 'yang dengan sengaja untuk menyesatkan orang mengenai vaksin virus corona'.
Salah satu informasi palsu yang disebar menyatakan, vaksinasi dilakukan untuk menanam chip ke dalam tubuh penerima vaksin. Chip tersebut digunakan pemerintah melacak warganya.
Menurut Kementerian Kehakiman, informasi palsu yang disebar antara lain vaksin berisi racun atau menjadikan warga sebagai objek eksperimen. Juru bicara Facebook mengonfirmasi, media sosial itu menutup empat grup bahasa Hebrew sebagai bagian dari kebijakan memerangi penyebaran informasi palsu mengenai vaksin.
Pemerintah Israel mengatakan, mereka telah memesan vaksin untuk 20 persen kelompok yang paling rentan lalu dapat mencabut peraturan pembatasan sosial pada akhir tahun. Tapi mereka khawatir bila penyebaran informasi palsu terus terjadi partisipasi vaksinasi akan rendah.
Mulai Ahad ini, Israel mulai memberikan vaksin pada staf medis. Puluhan dokter dan perawat di Tel Aviv Sourasky Medical Center menari sebelum menerima vaksin virus korona.
Antrian selanjutnya adalah orang lanjut usia atau kelompok masyarakat rentan. Populasi orang dewasa lainnya akan divaksin pada awal tahun 2021. Israel yang berpopulasi sembilan juta itu mencatat 373.368 kasus infeksi dan 3.074 kasus kematian.