REPUBLIKA.CO.ID, LONDON — Inggris sedang menghadapi ketidakpastian di tengah proses vaksinasi yang telah mereka mulai pada 8 Desember lalu. Alih-alih bersukacita, kecemasan justru melanda. Hal itu menyusul ditemukannya jenis baru virus corona SARS-Cov-2 penyebab Covid-19 di negara tersebut.
Dr Susan Hopkins dari Public Health England (PHE) mengungkapkan strain baru virus SARS-Cov-2 itu telah ditemukan di setiap wilayah Inggris, terutama London dan daerah tenggara negara tersebut. Virus itu pun ditemukan di Wales dan Skotlandia dalam jumlah kecil.
“Varian bernama VUI-202012/01 memiliki susunan genetik yang sangat jelas yang dapat kita ikuti,” kata Dr Susan, dikutip laman Sky News pada Ahad (20/12).
Menurut Dr Susan, varian baru SARS-Cov-2 awalnya ditemukan pada seorang pasien September lalu. Sekuensing genom lengkap dikembalikan pada Oktober. “Pada awalnya tidak ada yang secara khusus menyoroti bahwa ini adalah sesuatu yang menjadi perhatian utama, karena varian muncul dan hilang,” ucapnya.
Namun pada akhir November, para ilmuwan dan pakar berusaha memahami mengapa infeksi Covid-19 di daerah Kent dan Medway tidak menurun. Padahal, pembatasan sosial berskala nasional diterapkan.
Penyelidikan klinis, perilaku, dan epidemiologis yang terperinci telah dilakukan, termasuk sekuensing genom secara keseluruhan. Hasilnya sekelompok varian baru SARS-Cov-2 ditemukan menyebar di daerah tersebut.
Pemerintah Inggris diberi tahu tentang temuan awal itu pada 11 Desember. Para ilmuwan kemudian menemukan strain terbaru jauh lebih mudah menular daripada varian lain yang beredar. “Itu membuat kami sangat prihatin dan kami memberi tahu pemerintah pada Jumat (18/12),” kata Dr Susan.
Dia mengungkapkan PHE telah bekerja sama dengan pakar modeling dari Imperial College London untuk membandingkan varian baru SARS-Cov-2 dengan varian lain yang beredar. Disimpulkan bahwa virus itu, 70 persen lebih cepat menular. “Angka 70 persen sepertinya bagus tapi kami tidak memiliki interval kepercayaan yang sangat baik di sekitarnya,” ujarnya.
Angka terbaru menunjukkan varian terbaru virus SARS-Cov-2 bertanggung jawab atas 43 persen dari infeksi baru di wilayah tenggara Inggris. “Strain serupa telah terdeteksi di Denmark dan Australia, dan ada varian lain yang terlihat sangat mirip dengan ini yang telah terdeteksi di Afrika Selatan, Belanda, dan negara lain,” kata Dr Susan.
Kepala petugas medis Inggris Profesor Chris Whitty mengungkapkan dia telah memberi tahu Organisasi Kesehatan Dunia tentang keberadaan varian baru SARS-Cov-2. Ia mengatakan akan berkonsentrasi pada analisis data yang terkait dengan penyebaran mutasi.