REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, jumlah kasus aktif per 22 Desember telah menembus angka 105.146 atau sebesar 15,5 persen. Wiku mengaku sangat mengkhawatirkan peningkatan kasus aktif ini meskipun jumlahnya masih lebih rendah dari kasus aktif dunia.
"Hal ini tentunya sangat mengkhawatirkan dan menunjukkan bahwa tren peningkatan kasus aktif semakin cepat terjadi," ujar Wiku saat konferensi pers di Kantor Presiden, Selasa (22/12).
Peningkatan kasus aktif di Indonesia ini terus menunjukan tren yang memburuk. Dalam satu bulan, yakni dari November-Desember, angkanya telah menembus lebih dari 100 ribu. Padahal, berkaca pada pengalaman sebelumnya, kenaikan kasus aktif dari 10 ribu menjadi 30 ribu kasus membutuhkan waktu selama tiga bulan.
"Selanjutnya, hanya dibutuhkan waktu dua bulan untuk mencapai 60 ribu kasus dari yang sebelumnya 30 ribu," ujar dia. Kondisi ini, kata dia, tidak dapat ditoleransi dan harus menjadi alarm bagi semua pihak agar semaksimal mungkin mengendalikan penularan kasus positif.
Satgas meminta agar pemimpin daerah memastikan pasien Covid-19 di daerahnya mendapatkan layanan kesehatan yang sesuai standar sehingga dapat meningkatkan peluang kesembuhan. "Jika terdapat kendala segera koordinasikan dengan Satgas di pusat sehingga dapat ditemukan jalan keluarnya," kata Wiku.
Positivity rate atau tingkat positif Covid-19 di Indonesia dalam tiga hari terakhir selalu tembus 20 persen. Pada Selasa (22/12) ini, positivity rate Covid- 19 nasional bertengger di 20,62 persen. Artinya, 1 dari 5 orang yang dites terkonfirmasi positif.
Kendati masih tinggi, angka positivity rate pada Selasa (22/12) masih lebih baik ketimbang hari sebelumnya. Pada Senin (21/12) positivity rate tercatat 27,66 persen.
Sementara itu, pada Ahad (20/12), positivity rate menyentuh 24,21 persen. Tingginya penularan Covid-19 juga terlihat dari angka kasus harian. Sudah lebih dari sepekan terakhir, penambahan kasus selalu di atas 6.000 orang per hari.
Wiku menambahkan, lonjakan jumlah kasus aktif berdampak pada peningkatan jumlah kamar rawat yang digunakan untuk pasien Covid-19 di rumah sakit. Bahkan, Satgas menyebut kondisi keterisian kamar di rumah sakit di sejumlah daerah saat ini mencapai 80 persen.
Komandan Lapangan RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet Letkol Laut Muhammad Arifin mengatakan, ruang isolasi mandiri Tower 5 dialihfungsikan menjadi ruang perawatan cadangan untuk merawat pasien dengan gejala Covid-19. Langkah itu diambil karena pasien bergejala di tiga tower (ruang rawat inap tower 4, 6, dan 7) sudah lebih dari 75 persen.
"Sehingga, perlu spare untuk pasien bergejala, di Tower 5, dipakai untuk pasien bergejala. Sehingga, praktis kami sudah tidak menerima pasien orang tanpa gejala (OTG)," ujar Arifin. Dia menyebut, tempat tidur ruang perawatan Tower 4 sudah terisi 82,28 persen atau 1.272 orang pasien rawat inap dari 1.546 tempat tidur yang tersedia. (dessy suciati saputri/sapto andika candra, ed:mas alamil huda)