Rabu 23 Dec 2020 17:25 WIB

Sardjito Sebut Hoaks Rugikan Rumah Sakit dan Masyarakat

Masyarakat diminta cerdas dan kritis dalam menerima informasi yang belum pasti benar.

Rep: Silvy Dian Setiawan / Red: Agus Yulianto
Ruangan, HCU RSUP Dr Sardjito (Ilustrasi)
Foto: Republika/Wahyu Suryana
Ruangan, HCU RSUP Dr Sardjito (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kepala Bagian Hukum dan Humas RSUP Dr. Sardjito, Banu Hermawan mengatakan, sudah banyak hoaks menyangkut Sardjito yang beredar di masyarakat terkait Covid-19. Bahkan, sebelum kasus pertama Covid-19 yang diumumkan di Indonesia pun sudah ada hoaks Covid-19 di Sardjito yang beredar.

Menurutnya, hoaks ini merugikan rumah sakit dan masyarakat luas. Dia mencontohkan, terkait dilakukannya simulasi penanganan MERS-CoV pada Januari 2020 lalu.

Simulasi ini, katanya, dijadikan sebagai hoaks yang tersebar melalui grup percakapan dengan informasi adanya virus berbahaya di Sardjito. Selain itu, pada Februari juga mulai beredar pesan berantai terkait hoaks adanya pasien Covid-19 yang diterima di Sardjito.

"Februari sudah ada satu pasien masuk di Sardjito dari Shanghai, tapi hasil laboratoriumnya (dari tes Covid-19) negatif. Kita sudah di-hoaks kan ada virus berbahaya di Sardjito. Kalau kita lihat di pandemi ini, Sardjito merupakan rumah sakit yang paling banyak di hoaks kan," kata Banu dalam Focus Group Discussion (FGD) bertema Hoaks di Tengah Pandemi yang digelar Republika secara virtual, Rabu (23/12).

Hoaks yang beredar tersebut berdampak dengan terjadinya penurunan pasien di Sardjito. Berkurangnya pasien juga mengakibatkan masyarakat yang seharusnya mendapatkan pelayanan kesehatan takut untuk datang ke rumah sakit.

"Masyarakat dirugikan karena ada ketakutan, masyarakat itu memang membutuhkan layanan kesehatan dan tidak bisa lepas dari layanan kesehatan," ujar Banu.

Pihaknya pun menempuh langkah hukum mengatasi hoaks yang beredar ini. Langkah hukum ditempuh karena secara etika hoaks yang beredar tidak benar dan secara isi menyesatkan masyarakat banyak.

"Informasi yang ada bohongnya, tidak tepat, ada dua langkah hukum yang kita lakukan. Baik yang komen, maupun yang mengunggah suatu hal yang merugikan," jelasnya.

Walaupun begitu, katanya, dari hoaks yang beredar juga menjadi sarana bagi Sardjito untuk memberikan edukasi kepada masyarakat. Sebab, verifikasi dan konfirmasi juga dilakukan agar hoaks yang beredar tidak semakin menyesatkan masyarakat.

Pihaknya juga meminta masyarakat cerdas dan kritis dalam menerima tiap informasi yang belum dipastikan kebenarannya. Hal ini dilakukan dengan melakukan pengecekan dan verifikasi dari informasi yang beredar tersebut.

"Kita lakukan investigasi 1x24 jam, kita harus meng-counter (memberikan pernyataan) itu supaya tidak ada keresahan di masyarakat. Karena lewat hoask ini Sardjito diberi panggung dan masyarakat konsentrasi di sana, maka kita bisa memaparkan ulang ke masyarakat supaya masyarakat bisa memahami," katanya.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement