Sabtu 26 Dec 2020 11:48 WIB

PM Armenia Siap Gelar Pemilu Lebih Awal

PM Armenia menolak tuntutan oposisi untuk mundur atas konflik dengan Azerbaijan.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Ratna Puspita
Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan
Foto: Anadolu Agency
Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan

REPUBLIKA.CO.ID, YEREVAN -- Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan pada Jumat (25/12) mengatakan, siap untuk membahas kemungkinan menggelar pemilihan parlemen lebih awal. Namun, dia menolak tuntutan oposisi untuk mundur atas penanganannya terhadap konflik Nagorno-Karabakh dengan Azerbaijan.

Pashinyan mengatakan, ia siap mengadakan konsultasi dengan partai politik nasional untuk membahas pemanggilan pemilihan parlemen awal tahun depan. Para pendukung oposisi terus memblokir jalan-jalan di Ibu Kota Armenia dan sesekali terlibat bentrok dengan polisi pada Jumat.

Baca Juga

Perdana Menteri ini berargumen bahwa para pengkritiknya kurang mendapat dukungan publik yang luas untuk tuntutan mereka. "Saya tidak bergantung pada kursi perdana menteri, tapi saya tidak bisa sembarangan memperlakukan postingan yang diberikan kepada saya oleh orang-orang," katanya di Facebook.

Pendukung oposisi telah berkumpul selama berminggu-minggu, mendesak Perdana Menteri untuk mundur atas kesepakatan damai 10 November. Dalam peristiwa itu, Azerbaijan merebut kembali kendali atas sebagian besar Nagorno-Karabakh dan daerah sekitarnya. 

Pashinyan membela kesepakatan mengakhiri pertempuran sengit selama 44 hari ini sebagai langkah yang menyakitkan. Namun, dia perlu untuk mencegah Azerbaijan menguasai seluruh wilayah Nagorno-Karabakh.

Nagorno-Karabakh terletak di Azerbaijan tetapi berada di bawah kendali pasukan etnis Armenia yang didukung oleh Armenia sejak perang separatis berakhir pada 1994. Perang itu membuat wilayah Nagorno-Karabakh dan wilayah sekitarnya yang substansial berada di tangan Armenia.

Pertempuran hebat yang meletus pada akhir September menandai eskalasi terbesar dari konflik puluhan tahun antara Armenia dan Azerbaijan. Peristiwa ini menewaskan lebih dari 5.600 orang di kedua sisi.

Perjanjian perdamaian yang ditengahi Rusia menetapkan bahwa Armenia menyerahkan kendali atas beberapa wilayah yang dimilikinya di luar perbatasan Nagorno-Karabakh. Azerbaijan juga mempertahankan kendali atas wilayah Nagorno-Karabakh yang diambilnya selama konflik. Kesepakatan damai dirayakan di Azerbaijan sebagai kemenangan besar, dan memicu kemarahan dan protes massa di Armenia. 

sumber : ap
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement