Sabtu 26 Dec 2020 23:10 WIB

2.500 Warga Inggris Sengaja Ditulari Covid-19, Demi Apa?

Sebanyak 2.500 warga Inggris bersedia ditulari Covid-19.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Reiny Dwinanda
Seorang pria berjalan melewati toko-toko yang tutup di Regent Street, di London pada hari Senin 21 Desember 2020. Imperial College London akan melakukan uji coba yang sengaja menularkan virus Covid-19 pada 2.500 orang di Inggris akan membantu penelitian terkait pandemi.
Foto: AP/Dominic Lipinski/PA
Seorang pria berjalan melewati toko-toko yang tutup di Regent Street, di London pada hari Senin 21 Desember 2020. Imperial College London akan melakukan uji coba yang sengaja menularkan virus Covid-19 pada 2.500 orang di Inggris akan membantu penelitian terkait pandemi.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON – Uji coba yang sengaja menularkan virus Covid-19 pada 2.500 orang di Inggris akan membantu penelitian terkait pandemi. Bukti baru menunjukkan mereka yang menderita penyakit ringan memiliki imunitas yang bertahan setidaknya empat bulan.

Imperial College London (ICL) mengatakan, studi itu melibatkan relawan yang berusia 18 hingga 30 tahun. Proyek dimulai pada Januari dan hasilnya diharapkan pada Mei 2021. Awalnya, 90 relawan akan diberikan dosis vaksin hidung eksperimental lalu mereka akan sengaja diinfeksi Covid-19.

Baca Juga

Apa alasan orang mau menjadi relawan untuk proyek penelitian ini? Seorang warga Inggris menyebut, kalau dirinya harus kehilangan nyawa akibat Covid-19, dia ingin itu terjadi dengan mulia.

“Ini tentang menggunakan bukti dan analisis yang cermat untuk melakukan yang terbaik di dunia,” kata salah seorang relawan, Alex Greer (20). Greer merupakan seorang mahasiswa kimia yang menjalankan Effective Altruism Society di Durham University.

Pemerintah Inggris mengumumkan proyek tersebut pada Oktober 2020. Tujuan dari proyek itu untuk menemukan jumlah virus terkecil yang diperlukan untuk membuat orang terjangkit Covid-19.

"Ini dikenal sebagai studi karakterisasi virus dan akan didukung oleh investasi pemerintah sebesar 33,6 juta poundsterling (sekitar 690,7 miliar rupiah)," kata pemerintah, dilansir The Sun, Sabtu (26/12).

Namun, butuh beberapa bulan sebelum penelitian bisa dimulai. Sebab, penelitian harus disetujui oleh komite dan regulator etika.

Tahap pertama dari proyek ini dilakukan oleh kemitraan antara ICL, spesialis dan unit penelitian aman Royal Free Hospital di London, dan perusahaan klinis terkemuka di industri hVIVO yang telah memelopori model tantangan manusia viral. Mail Online melaporkan relawan nantinya akan menghuni klinik penyakit spesialis di Royal Free.

Setiap orang dibayar sekirar 4.000 poundsterling untuk masa tinggal dua sampai tiga pekan. Ahli imunologi mukosa dan dokter pernapasan, Profesor Peter Openhaw, yang menangani infeksi paru-paru di ICL mengatakan, para peneliti bertujuan sebatas untuk membuat virus berkembang biak di hidung saja.

"Kami yakin, dengan mengambil setiap tindakan pencegahan, kami benar-benar dapat membatasi infeksinya. Kami dapat melakukannya dengan cukup aman, mengingat banyaknya pengalaman yang kami miliki di bidang ini," ujar Openhaw.

Pakar dan rekan peneliti dalam studi tersebut mengatakan pada Oktober, menularkan virus pada relawan dengan sengaja dan dengan patogen manusia yang diketahui tidak pernah dianggap enteng. Studi ini akan dilakukan di fasilitas klinis kelas dunia di Royal Free yang dirancang khusus untuk menampung virus.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement