REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia (PPHI) mendukung rencana Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno memajukan pariwisata halal. Sandiaga dinilai sudah memahami konsep pariwisata halal.
"Intinya sebenarnya Pak Sandiaga Uno terus terang kami sangat senang. Seakan kami dapat energi baru karena Pak Sandi sudah relatif punya mindset jelas mengenai wisata halal," ujar Ketua Umum PPHI Riyanto Sofyan kepada Republika, Ahad (27/12).
Ia mengatakan, Sandiaga bukanlah nama baru dalam kegiatan pariwisata halal di Indonesia. Sebelumnya, kata dia, Sandiaga aktif berperan di beberapa kegiatan PPHI seperti Halal Tourism Business Forum 2017 dan juga beberapa kegiatan lainnya.
Sewaktu menjabat sebagai Wakil Gubernur (Wagub) DKI Jakarta, lanjutnya, Sandiaga menggandeng PPHI sebagai Mitra Strategis Pemprov DKI Jakarta dalam mengembangkan Pariwisata Halal. Saat itu, tim PPHI membantu DKI Jakarta menyusun Design, Strategi, dan Rencana Aksi (DSRA) Pengembangan Pariwisata Halal DKI Jakarta.
"Pak Sandiaga bisa melihat potensi ekonomi besar terutama dengan pandemi ini insya Allah bisa pulih lebih cepat. Sesuai strategi pengembangan pariwisata pada umumnya," kata Riyanto.
Ia berharap, di bawah kepemimpinan Sandiaga Uno, pengembangan pariwisata halal di Indonesia semakin menggeliat. "PPHI siap menjadi mitra strategis Kemenparekraf dalam pengembangan pariwisata halal Indonesia serta turut mendukung kemajuan industri kreatif pendukung pariwisata di Tanah Air," ujarnya.
Riyanto menjelaskan, pemerintah mencanangkan industri pariwisata ke arah quality tourism. "Ini sifatnya lebih ke arah kunjungan wisatawan yang spending-nya lebih besar. Maka sejalan dengan wisata halal, karena wisatawan Muslim rata-rata spending-nya lebih besar daripada yang lain," kata Riyanto menjelaskan.
Dirinya menyebutkan, pada 2019 rata-rata wisatawan yang datang ke Indonesia mengeluarkan atau spending sebesar 1.100 dolar AS per turis per kunjungan. Sedangkan spending wisatawan Muslim mencapai 1.350 dolar AS per turis per kunjungan.
"Kalau wisatawan China 800 dolar AS per turis per kunjungan. Kalau wisatawan dari Timur Tengah bisa mencapai 2.000 sampai 2.500 dolar AS per turis per kunjungan," kata Riyanto.
Jadi menurutnya, jika Indonesia ingin kembali ke pendapatan pariwisata yang dulu, harus menerapkan strategi quality tourism. Sebab memiliki nilai belanja lebih besar.