REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Jepang pada Senin (28/12) menangguhkan entri baru warga negara asing non-residen dari "sebagian besar dunia" sebagai tindakan pencegahan terhadap varian baru virus corona.
Negara tersebut telah melaporkan delapan kasus virus jenis baru yang pertama kali dilaporkan di Inggris. Larangan masuk ke negara itu bagi warga negara asing non-residen akan berlanjut hingga akhir Januari, NHK News melaporkan.
Analisis ilmiah telah menunjukkan jenis baru infeksi menyebar 70 persen lebih cepat daripada yang sebelumnya. Perdana Menteri Suga Yoshihide mengatakan langkah baru dalam perjalanan orang asing adalah "tindakan proaktif untuk melindungi rakyat Jepang."
Mendorong orang-orang untuk menghabiskan liburan Tahun Baru dengan tenang, Suga meminta orang-orang untuk memastikan melakukan hal-hal seperti mencuci tangan dan memakai masker. Warga negara Jepang dan orang asing dengan izin tinggal Jepang kembali dari negara di mana varian baru telah terdeteksi diminta untuk menyerahkan hasil tes virus negatif dalam waktu 72 jam setelah keberangkatan dan juga menjalani tes pada saat kedatangan pada Rabu hingga akhir Januari.
Setidaknya 20 negara telah melaporkan jenis virus baru tersebut. Namun, otoritas Jepang mengatakan aturan baru tidak berlaku untuk sepuluh negara Asia yang telah disetujui Tokyo untuk skema khusus untuk meringankan pembatasan perjalanan. China, Korea Selatan termasuk di antara negara-negara itu.
Jepang menyaksikan rekor lonjakan infeksi baru dengan 3.881 lebih banyak kasus virus corona dilaporkan pada Sabtu. Negara tersebut sejauh ini telah melaporkan total 223.000 kasus, termasuk 3.213 kematian akibat Covid-19.