Ahad 03 Jan 2021 17:49 WIB

Pembeli Serbu Lapak Penjual Tahu Tempe di Pasar Minggu

Hanya ada satu penjual tempe dan tahu di Pasar Minggu.

Rep: Febryan. A/ Red: Bayu Hermawan
Nyoto Prawiro sedang membungkus tahu pesanan pembeli di lapaknya, PD Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Ahad (3/1) sore. Nyoto adalah satu-satunya pedagang tahu dan tempe di PD Pasar Minggu pada hari ini. Sebab, sudah empat hari pengrajin tahu dan tempe mogok produksi lantaran harga kedelai naik hingga 35 persen.
Foto: Republika/Febryan. A
Nyoto Prawiro sedang membungkus tahu pesanan pembeli di lapaknya, PD Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Ahad (3/1) sore. Nyoto adalah satu-satunya pedagang tahu dan tempe di PD Pasar Minggu pada hari ini. Sebab, sudah empat hari pengrajin tahu dan tempe mogok produksi lantaran harga kedelai naik hingga 35 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengrajin tahu dan tempe se-Jabodetabek melakukan aksi mogok produksi sejak 31 Desember, karena kenaikan harga kedelai hingga 35 persen. Akibatnya, tahu dan tempe hilang di pasaran. 

Salah satunya di PD Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Sudah tiga hari tak ada penjual tahu dan tempe. Pedagang tahu dan tempe baru mulai ada pada Ahad (3/1) sore.

Baca Juga

Nyoto Prawiro (53), merupakan satu-satunya pedagang tahu dan tempe di PD Pasar Minggu. Nyoto mengatakan telah berhenti berdagang sejak Kamis lalu, dan baru kembali berdagang sore ini. Kelangkaan tempe dan tahu, membuat pembeli langsung menyerbu lapaknya.

"Saya tadi bawa 20 kotak tahu. Belum satu jam sudah habis 5 kotak. Biasanya 5 kotak habisnya pas malam," kata Nyoto kepada Republika.co.id, Ahad (3/1). 

Namun demikian, harga jual tahu dan tempe ikut naik. Nyoto mengatakan, harga tahu yang biasanya per sepuluh potong Rp5 ribu, kini jadi Rp6 ribu. Tempe yang sebelumnya Rp5 ribu per balok kini juga naik seribu. 

"Saya naikkan harga karena harga kedelai naik. Kalau tidak dinaikkan, saya tidak bakal bisa menggaji pekerja," kata Nyoto. Ke depan, lanjut dia, harga bisa saja tambah naik ataupun turun. Semua bergantung kepada harga kedelai. 

Nyoto menjelaskan, dirinya memang satu-satunya pedagang tahu tempe hari ini di PD Pasar Minggu. Ia pun menegaskan, dirinya bukan menghianati kesepakatan mogok produksi. 

"Saya sudah mogok produksi sejak Kamis. Seharusnya hari ini mulainya malam, tapi karena saya sudah 3 hari tidak jualan, makanya mulai agak sore," ucapnya. 

Sementara itu, pedagang warung tegal (warteg) dan gorengan di kawasan Pasar Minggu sudah mengeluhkan soal menghilangnya tahu dan tempe dari pasaran. Mereka tak lagi bisa menyediakan menu tahu dan tempe sejak tiga hari terakhir. Omzet pun menurun. 

Sebelumnya, aksi mogok produksi dilakukan perajin tahu dan tempe wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok dan Bekasi (Jabodetabek) yang berlangsung sejak  Kamis (31/12) dipicu naiknya harga kedelai akan berakhir pada Ahad (3/1). Ketua Bidang Hukum Sedulur Pengrajin Tahu Indonesia (SPTI), Fajri Safii dalam keterangan tertulis, Sabtu (2/1) mengatakan aksi mogok produksi tersebut  terpaksa dilakukan mengingat harga kedelai naik hingga 35 persen. 

Para perajin tahu dan tempe itu melakukan aksi mogok produksi dengan harapan  pemerintah mendengar keluhan sehingga mengeluarkan kebijakan agar harga kedelai bisa kembali normal. Menurut Fajri, saat ini lonjakan harga kedelai mencapai kisaran Rp 9.000 sampai Rp 10.000. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement