Senin 28 Feb 2022 16:49 WIB

Pemerintah Respons Kenaikan Harga Kedelai Dunia

Pemerintah berkoordinasi dengan para importir untuk memastikan ketersediaan kedelai.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Fuji Pratiwi
Pekerja menyelesaikan pembuatan tahu di salah satu pabrik di Sentra Industri Tahu Cibuntu, Babakan Ciparay, Kota Bandung, Kamis (24/2/2022).
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Pekerja menyelesaikan pembuatan tahu di salah satu pabrik di Sentra Industri Tahu Cibuntu, Babakan Ciparay, Kota Bandung, Kamis (24/2/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Merespons perkembangan harga kedelai dunia yang terus bergerak naik, pemerintah telah merumuskan kebijakan guna memastikan ketersediaan kedelai harga terjangkau bagi masyarakat. Harga dan ketersediaan kedelai secara lebih luas juga berpengaruh pada penyediaan bahan pangan bagi masyarakat.

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Musdhalifah Machmud menyampaikan, harga kedelai pada pekan II Februari 2022 mencapai 15,77 dolar AS per bushels. Angka itu naik sebesar 18,9 persen dibanding pekan I Januari 2022 yang mencapai 13,26 dolar AS per bushels.

Baca Juga

Hal itu berdampak kepada harga kedelai impor di tingkat pengrajin menjadi berkisar sebesar Rp 11.631 per kg. Kenaikan harga kedelai berpotensi memengaruhi minat pengrajin untuk memproduksi tahu dan tempe.

"Hal itu akan berdampak pada kenaikan harga tahu dan tempe serta dapat mengganggu keberlangsungan usaha pengrajin tahu dan tempe," ujar Musdhalifah saat memimpin Rapat Koordinasi Teknis (Rakornis) Tingkat Eselon I di Jakarta, seperti dilansir dari keterangan resmi, Senin (28/2/2022).

Adapun penyebab kenaikan harga kedelai di pasar global, kata dia, karena adanya gangguan cuaca kering yang melanda Amerika Selatan selama dua bulan terakhir. Kondisi itu mengganggu produksi kedelai di Brasil, Argentina, dan Paraguay.

Berdasarkan laporan USDA Februari 2022, sejak Desember 2021, produksi ketiga negara produsen tersebut mengalami penurunan 18 juta ton lebih. Penurunan produksi tersebut berdampak pada harga kedelai di pasar global yang mengalami kenaikan secara signifikan.

Mendukung pernyataan Musdhalifah, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan menyampaikan, Kementerian Perdagangan telah berkoordinasi dengan para importir untuk memastikan komitmen penyediaan bahan baku kedelai bagi pengrajin tahu dan tempe. Hal tersebut dilakukan demi meminimalisir dampak atas kenaikan harga kedelai yang dirasakan pada sekitar 150 ribu UMKM tahu dan tempe yang sangat bergantung pada ketersediaan bahan baku kedelai.

Selain itu, Direktur Impor Kementerian Perdagangan Moga Simatupang juga menekankan, pemerintah berkomitmen untuk terus mendukung keberlangsungan usaha pengrajin tahu dan tempe. Salah satunya dengan mendukung penyediaan bahan baku untuk kebutuhan dalam negeri.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement