Senin 04 Jan 2021 12:15 WIB

Inflasi Tahun Lalu 1,68 Persen, Terendah Sepanjang Sejarah

Emas perhiasan memberikan sumbangan terhadap inflasi tahun lalu sebesar 0,26 persen.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolandha
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi tahunan atau year on year (yoy) sepanjang 2020 mencapai 1,68 persen yang menjadi level terendah sejak BPS merilis data inflasi. Emas perhiasan memberikan sumbangan terhadap inflasi tahun lalu sebesar 0,26 persen.
Foto: Dedhez Anggara/ANTARA
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi tahunan atau year on year (yoy) sepanjang 2020 mencapai 1,68 persen yang menjadi level terendah sejak BPS merilis data inflasi. Emas perhiasan memberikan sumbangan terhadap inflasi tahun lalu sebesar 0,26 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi tahunan atau year on year (yoy) sepanjang 2020 mencapai 1,68 persen yang menjadi level terendah sejak BPS merilis data inflasi. Beberapa komoditas yang dominan terhadap inflasi nasional adalah emas perhiasan dan cabai merah.

Deputi Bidang Statistik, Distribusi dan Jasa BPS Setianto menjelaskan, emas perhiasan memberikan sumbangan terhadap inflasi tahun lalu sebesar 0,26 persen. Sementara itu, cabai merah yang kerap mengalami fluktuasi harga di tingkat konsumen memberikan andil 0,16 persen.

Baca Juga

Dengan dua kontributor terbesar ini, Setianto menyebutkan, inflasi tahunan pada 2020 mencatatkan rekor terendah. "Jadi, ini memang angka terendah sejak kita merilis angka inflasi," tuturnya dalam konferensi pers secara virtual pada Senin (4/1).

Minyak goreng juga memberikan sumbangan 0,10 persen. Selain itu, rokok kretek filter dan rokok putih masing-masing berperan 0,09 persen pada inflasi tahun lalu. Daging ayam ras yang kerap menyebabkan inflasi pun tercatat sebagai kontributor terbesar keenam pada inflasi 2020, yakni dengan andil 0,05 persen.

Selanjutnya, untuk telur ayam ras, ikan segar, nasi dengan lauk dan uang kuliah akademi atau perguruan tinggi, masing-masing memberikan andil 0,04 persen.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement