REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Manajemen Borneo FC mesti memutar otak agar bisa memenuhi hak pemain, pelatih, hingga ofisial di tengah ketidak-pastian kompetisi Liga 1 Indonesia yang telah terhenti sejak Maret tahun lalu.
Dikutip dari laman resmi klub di Jakarta, Sabtu (9/1), Presiden Borneo FC Nabil Husein mendesak agar PSSI segera menentukan nasib kompetisi. Pasalnya, klub dibayangi ancaman finansial, sementara mereka tetap harus membayar gaji pemain meski hanya 25 persen.
"Semua tim sekarang megap-megap mencari dana untuk menghidupi tim. Sementara kompetisinya tak berputar sama sekali," ujar Nabil.
Krisis finansial ini dialami oleh Persipura Jayapura. Bahkan mereka menghentikan seluruh aktivitas tim karena sudah tak mampu lagi membayar gaji pemain. Salah satu alasannya karena tak mendapat lagi sokongan dana dari sponsor yang juga sama-sama terimbas pandemi COVID-19.
Manajemen Borneo juga menunda rencana mengumpulkan pemain pada pertengahan Januari ini hingga ada kepastian apakah Liga 1 Indonesia akan berlanjut atau dihentikan total.
"Kami sebenarnya ingin menggelar latihan di tengah Januari ini. Namun semuanya harus kami ubah, karena tak ada kejelasan sama sekali," kata dia.
Nabil meminta PSSI bisa bersikap bijak dan tidak membuat keputusan yang mendadak. Pasalnya, tak mungkin bagi klub mempersiapkan diri secara tergesa-gesa dalam menjalani pertandingan yang kompetitif.
"Yang jelas semua butuh persiapan dan tak bisa dilakukan secara dadakan. Kami pun tak bisa melakukan planing persiapan secara mendadak, karena semua harus terprogram,” kata dia.
Borneo FC, kata dia, sangat siap dengan apapun keputusan yang akan diberikan terkait kelanjutan kompetisi. Sebab, jawaban ini sudah sangat ditunggu-tunggu tak hanya oleh Nabil, tetapi juga seluruh elemen yang turut andil dalam ekosistem sepak bola Indonesia.
“Mau lanjut atau tidak, itu yang kami tunggu. Semoga saja ada kejelasan dalam waktu dekat," ujarnya.