Jumat 15 Jan 2021 17:41 WIB

Satelit NASA Ungkap Salju yang Hilang di Gunung Fuji

Salju di Gunung Fuji mencair dengan cepat.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Dwi Murdaningsih
Gunung Fuji pada Januari 2021.
Foto: nasa
Gunung Fuji pada Januari 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salju yang biasa tampak di Gunung Fuji, Jepang tak tampak pada akhir tahun 2020 lalu. Meskipun rekor hujan salju telah menghantam pantai barat Jepang, sebagian besar bagian timur negara itu telah menghindari penumpukan salju dalam jumlah besar pada musim dingin ini.

Tutup salju ikon Gunung Fuji yang biasanya terlihat sepanjang Desember justru sangat kecil atau tidak ada tahun ini.  Puncak gunung Fuji yang tertinggi di Jepang, memang bersalju pada 28 September 2020 dimana terjadi hujan salju pertama tahun ini.

Baca Juga

Namun, salju itu mencair dengan cepat. Akibatnya topi salju penyelubung puncak Fuji tetap sulit ditemukan dalam beberapa bulan mendatang.

Pengamatan Normalized Difference Snow Index (NDSI) dari satelit Terra NASA menunjukkan bahwa tutupan salju di gunung Fuji bulan lalu termasuk yang terendah dalam rekor 20 tahun. Stasiun cuaca berbasis darat juga melakukan pengamatan serupa.

"Stasiun di sekitar Gunung Fuji mencatat curah hujan yang jauh lebih sedikit daripada biasanya pada bulan Desember," kata Toshio Iguchi selaku ilmuwan penginderaan jauh yang berbasis di Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard NASA dilansir dari situs resmi NASA pada Rabu (13/1).

"Hingga 24 Desember, itu hanya 10 persen dari rata-rata salju tahunan," lanjut Iguchi.

photo
GUnung Fuji pada Desember 2013 - (nasa)

Data cuaca juga menunjukkan bahwa suhu di sekitar gunung luar biasa hangat selama dua pekan pertama bulan Desember. Gunung Fuji memiliki jumlah salju sedikit di atas rata-rata pada Desember 2013 menurut pengamatan Terra NDSI.

Menjelang akhir Desember 2020, gunung tersebut akhirnya menerima salju yang cukup signifikan. Tetapi bahkan cuaca Januari yang dingin tidak menjamin bahwa lapisan salju akan bertahan.

"Setelah beberapa hari, tudung salju jauh berkurang, kemungkinan besar tertiup angin," kata Teppei Yasunari selaku ilmuwan penginderaan jauh yang berbasis di Universitas Hokkaido.

Meskipun kondisi cuaca lokal adalah kunci untuk menentukan apakah tutup salju Fuji hadir pada hari tertentu, data iklim jangka panjang menunjukkan kondisi di puncak berubah. Salah satu penelitian baru-baru ini menemukan garis kayu gunung telah berpindah ke atas sejauh 30 meter (100 kaki) selama empat dekade terakhir, kemungkinan karena peningkatan 2 derajat Celcius (3,6 derajat Fahrenheit) pada suhu musim panas di dekat puncak.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement