REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para pihak berwenang Jepang mengumumkan mereka akan memasang penghalang besar untuk menghalangi pemandangan Gunung Fuji. Tindakan ini untuk mengatasi perilaku para wisatawan yang sukar dikendalikan.
Seorang pejabat dari Kota Fujikawaguchiko mengonfirmasi bahwa pembangunan jaring setinggi 2,5 meter dan panjang 20 meter akan dimulai pada awal pekan depan. Para pihak berwenang menyatakan bahwa mereka mengambil langkah-langkah ini untuk mengendalikan wisatawan berperilaku buruk yang berbondong-bondong mengambil gambar puncak gunung ikonik tersebut.
“Sangat disayangkan kami harus melakukan ini, karena beberapa wisatawan tidak menghormati peraturan, meninggalkan sampah dan mengabaikan peraturan lalu lintas,” kata pejabat kota tersebut kepada The Japan Times, dilansir Firstpost, Senin (29/4/2024).
Fujikawaguchiko, yang terletak di sebelah utara Gunung Fuji dan sekitar 100 kilometer sebelah barat Tokyo, sedang berjuang menghadapi arus para pengunjung yang tidak sopan, sehingga menambah masalah yang lebih besar, yaitu meningkatnya pariwisata berlebihan atau overtourism di Jepang.
Sejak Jepang dibuka kembali pascapandemi pada akhir 2022, pariwisata telah meningkat secara eksponensial, dengan Maret 2024 menandai bulan yang memecahkan rekor. Pada Maret tahun ini, Negeri Sakura menyambut lebih dari tiga juta wisatawan asing.
Gunung Fuji adalah simbol Jepang dan situs Warisan Dunia UNESCO. Gunung tersebut merupakan magnet wisata dan menarik sebagian besar pengunjung, yang sering membuang sampah di jalan setapak, sehingga mencemari daerah tersebut. “Pariwisata yang berlebihan, dan segala konsekuensinya seperti sampah, peningkatan emisi-emisi CO2, dan para pendaki yang ceroboh, adalah masalah terbesar yang dihadapi Gunung Fuji,” ujar Masatake Izumi, pejabat pemerintah prefektur Yamanashi kepada CNN Travel, dilansir Geo.tv.
Para pihak berwenang percaya bahwa keputusan memasang jaring akan melindungi infrastruktur kota dan menjaga ketenangan daerah sekitarnya. Selama bertahun-tahun, meningkatnya arus wisatawan asing telah memberikan tekanan besar pada destinasi-destinasi populer di Jepang sehingga menimbulkan kekhawatiran mengenai keberlanjutan dan perilaku pengunjung.
Pada Maret tahun ini, muncul laporan-laporan bahwa Jepang berencana memungut biaya masuk sebesar 2.000 yen atau sekitar Rp 208.152 per orang untuk membatasi jumlah pendaki ke Gunung Fuji. Sebuah gerbang diharapkan dipasang di pintu masuk Jalur Yoshida, yang dikenal sebagai stasiun kelima, di sisi Gunung Fuji Yamanashi.
Para pemerintah kota akan ditempatkan di luar gerbang untuk memungut biaya dari pendaki. Rencana ini akan dilaksanakan mulai 1 Juli saat musim pendakian dimulai. Sementara itu, para pejabat setempat telah menekankan bahwa toko Lawson di Yamanashi telah menjadi tempat pilihan untuk berfoto karena menawarkan pemandangan-pemandangan Gunung Fuji yang berdiri megah di belakang salah satu toko serba-ada di Jepang.