Kamis 14 Jan 2021 14:10 WIB

Bayang-Bayang Flu Burung Saat Pandemi Covid-19

Flu burung karena strain baru virus telah berevolusi menjadi lebih mematikan.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Fuji Pratiwi
 Ayam dipelihara di kandangnya (ilustrasi). Peternak ayam di Asia menghadapi wabah flu burung terburuk di kawasan itu dalam periode beberapa tahun terakhir.
Foto: EPA-EFE/SANJEEV GUPTA
Ayam dipelihara di kandangnya (ilustrasi). Peternak ayam di Asia menghadapi wabah flu burung terburuk di kawasan itu dalam periode beberapa tahun terakhir.

REPUBLIKA.CO.ID, MUMBAI -- Peternak ayam di Asia menghadapi wabah flu burung terburuk di kawasan itu dalam periode beberapa tahun terakhir. Virus mematikan yang menyerang peternakan unggas itu membentang dari Jepang hingga India dan mengguncang harga unggas.

Baca Juga

Tercatat lebih dari 20 juta ayam telah dimusnahkan di Korea Selatan dan Jepang sejak November tahun lalu. Virus H5N8 yang sangat patogen pekan lalu mencapai India yang merupakan produsen ayam keenam terbesar di dunia. Sementara flu burung umum terjadi di Asia pada saat ini karena pola migrasi burung dimana strain baru virus telah berevolusi menjadi lebih mematikan pada burung liar. Hal ini membuat negara-negara di jalur migrasi burung sangat rentan.

"Ini adalah salah satu wabah terburuk yang pernah ada di India," kata Mohinder Oberoi selaku ahli kesehatan hewan India dan mantan penasihat Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) PBB dilansir dari Reuters pada Kamis (14/1).

Wabah di Asia terjadi ketika Eropa menderita wabah flu burung terburuk dalam beberapa tahun, dan ditambah Covid-19 yang merugikan penjualan unggas. Tetapi sekarang meningkatkan permintaan daging ayam karena lebih banyak masakan rumahan ketika makin sedikit orang beraktivitas di luar.

Harga ayam di India turun hampir sepertiga pekan lalu karena konsumen yang waspada dan semakin khawatir dengan penyakit sejak pandemi. Para konsumen memilih menjauhi daging ayam. 

Ketua Anand Agro Group, sebuah perusahaan unggas berbasis di kota barat Nashik, India Uddhav Ahir mengatakan flu burung tidak dapat menginfeksi manusia melalui konsumsi unggas. Apalagi virus H5N8 tidak diketahui pernah menginfeksi manusia. Tetapi menurutnya konsumen masih ketakutan.

Sedangkan di Korea Selatan dan Jepang belum ada dampak pasar yang terlihat akibat bayang-bayang flu burung. Permintaan tinggi daging ayam untuk makanan rumahan selama lockdown berdampak lebih besar pada harga. Di Jepang, dimana wabah flu burung telah dilaporkan dari Chiba dekat Tokyo hingga lebih dari 1.000 km (620 mil) jauhnya di Miyazaki di pulau Kyushu hanya dalam dua bulan, kasus baru masih terjadi. 

Sementara itu, Kepala Pusat Darurat untuk Penyakit Hewan Lintas Batas FAO (ECTAD) Filip Claes menyampaikan virus H5N8 yang terdeteksi di Jepang dan Korea sangat mirip dengan yang menyebar melalui Eropa pada 2019. Virus itulah yang kemudian berkembang dari virus pada 2014.

"Varian berbeda yang beredar di Eropa sejak akhir 2020 juga menyebabkan kerusakan cukup signifikan," ucap Claes.

Claes menjelaskan strain baru flu burung menyebabkan lebih banyak kerusakan sekarang. Ia menduga virus itu lebih mematikan pada burung liar.

"Sangat jelas bahwa virus ini telah berkembang dalam populasi burung liar dan sekarang ada kecenderungan yang lebih besar untuk menyebar kembali ke peternakan unggas," ungkap Claes.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement