REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sebuah suaka margasatwa di Shelton, Washington, Amerika Serikat (AS) sedang dalam masa karantina setelah wabah flu burung menewaskan 20 kucing besar di fasilitas tersebut selama sebulan terakhir. Pusat Advokasi Kucing Liar Washington melaporkan, virus tersebut merenggut lebih dari separuh hewannya termasuk empat puma dan setengah harimau Bengal.
"Suaka kami dikarantina untuk melindungi hewan-hewan kami yang tersisa dan mencegah penyebaran lebih lanjut. Suaka kami akan ditutup untuk umum hingga pemberitahuan lebih lanjut," kata Pusat Advokasi tersebut, dilansir NPR pada Jumat (27/12/2024).
Menurut suaka tersebut, wabah itu mungkin disebabkan oleh sekresi pernapasan dari burung yang terinfeksi atau daging yang terkontaminasi yang diberikan kepada kucing. Flu burung menimbulkan risiko serius bagi kucing, sering kali berkembang dari gejala ringan menjadi pneumonia yang fatal dalam waktu 24 jam.
Kucing pertama, seekor puma, mati pada 23 November setelah menunjukkan tanda-tanda penyakit tersebut. Virus tersebut kemudian dengan cepat menyebar ke banyak hewan lain di seluruh suaka. Meskipun beberapa kucing berbagi dinding di antara habitat mereka, mereka tidak melakukan kontak langsung.
Ke-17 hewan yang selamat di tempat perlindungan itu yakni puma, kucing hutan, serval, dan harimau masih dalam pengawasan ketat. Pihak suaka juga telah mengeluarkan 8.000 pon makanan dari tempat penyimpanan dan mulai melakukan pembersihan secara menyeluruh. Akan tetapi, langkah ini sangat membebani keuangan mereka.
Wabah itu terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran atas flu burung di AS. Awal bulan ini, Gubernur California Gavin Newsom mengumumkan kondisi darurat karena penyebarannya meningkat di antara sapi perah, dan wabah telah dilaporkan pada populasi burung liar dan domestik di beberapa negara bagian.
Sebuah merek makanan kucing juga menarik kembali sejumlah produknya setelah pihak berwenang mengaitkan kematian seekor kucing dengan sejumlah pakan yang terkontaminasi flu burung. Para ahli memperingatkan bahwa flu burung patogen tinggi (HPAI) menjadi lebih umum, didorong oleh pola migrasi burung.
Pada awal bulan ini, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mengonfirmasi kasus flu burung parah pertama pada manusia di AS. Kala itu, seorang penduduk Louisiana yang dirawat di rumah sakit setelah terpapar kawanan unggas di halaman belakang rumah.