Senin 18 Jan 2021 17:21 WIB

4 Langkah Sederhana untuk Mencintai Rasulullah SAW

Terdapat sejumlah langkah untuk mencintai Rasulullah SAW

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Terdapat sejumlah langkah untuk mencintai Rasulullah SAW. Rasulullah SAW (ilustrasi)
Foto: Republika/Kurnia Fakhrini
Terdapat sejumlah langkah untuk mencintai Rasulullah SAW. Rasulullah SAW (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Nabi Muhammad SAW diutus Allah SWT sebagai rahmat bagi alam semesta. Umat Islam pun sangat besar cintanya terhadap Rasulullah SAW sekaligus nabi terakhir tersebut. Namun, tidak semua orang bisa mencintai nabi dengan sungguh-sungguh.

Dalam buku “Menjadi Sahabat Nabi Muhammad di Abad 21”, Muhammad Al-Khaimi, mengatakan sesunggunya orang yang ingin mengetahui cerita tentang para pecinta Nabi, dia akan menemukan cara untuk mencintai Nabi Muhammad SAW.

Baca Juga

Orang yang mampu mengimplementasikan cara-cara tersebut kemudian akan semakin cinta terhadap Nabi. Bahkan, menurut Al-Khaimi, dia akan meraih oase kebahagiaan, secercah kehidupan, hatinya berbunga-bunga, dan ruhnya menjadi bangkit.

Setidaknya ada empat cara untuk mencintai Nabi SAW yaitu sebagai berikut pertama, menurut Al-Khaimi, terus berdoa agar bisa mencintai Nabi SAW, karena dia merupakan kunci untuk bisa sampai ke sesuatu yang diinginkan.

Kedua, berusaha mengenal Nabi Muhammad, yaitu dengan cara mendalami semua tindak tanduk dan perjalanan hidupnya.

Ketiga, berdzikir dengan cara membaca shalawat sebanyak-banyaknya. Keempat, berziarah dengan cara hadir dalam keharibaannya, mengelilingi masjid dan kotanya.

Karena itu, Al-Khaimi mengajak kepada umat Islam untuk mewujudkan semu cara-cara tersebut. Dengan memohon pertolongan Allah SWT, umat Islam juga diajak untuk membuka pintu cinta kepada Nabi Muhammad SAW.

“Mohonlah kepada-Nya agar Allah benar-benar memposisikan kita bersama dengan Nabi, baik di alam dunia, alam barzakh maupun alam akhirat. Amin,” kata Al-Khaimin. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
قَالَ يٰقَوْمِ اَرَءَيْتُمْ اِنْ كُنْتُ عَلٰى بَيِّنَةٍ مِّنْ رَّبِّيْ وَرَزَقَنِيْ مِنْهُ رِزْقًا حَسَنًا وَّمَآ اُرِيْدُ اَنْ اُخَالِفَكُمْ اِلٰى مَآ اَنْهٰىكُمْ عَنْهُ ۗاِنْ اُرِيْدُ اِلَّا الْاِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُۗ وَمَا تَوْفِيْقِيْٓ اِلَّا بِاللّٰهِ ۗعَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَاِلَيْهِ اُنِيْبُ
Dia (Syuaib) berkata, “Wahai kaumku! Terangkan padaku jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan aku dianugerahi-Nya rezeki yang baik (pantaskah aku menyalahi perintah-Nya)? Aku tidak bermaksud menyalahi kamu terhadap apa yang aku larang darinya. Aku hanya bermaksud (mendatangkan) perbaikan selama aku masih sanggup. Dan petunjuk yang aku ikuti hanya dari Allah. Kepada-Nya aku bertawakal dan kepada-Nya (pula) aku kembali.

(QS. Hud ayat 88)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement