Selasa 19 Jan 2021 00:11 WIB

Polda Sulbar: Upaya Pemulihan Pascagempa Terkendala Hoaks

Masyakarat di Mamuju dan Majene masih khawatir lantaran beredarnya isu soal tsunami.

Foto aerial tenda pengungsi di kompleks Stadion Manakarra, Mamuju, Sulawesi Barat, Senin (18/1/2021). Berdasarkan data BNPB per 18 Januari 2021 pukul 14.00 WIB jumlah korban meninggal dunia akibat gempa magnitudo 6,2 di Sulawesi Barat berjumlah 84 orang, dan pengungsi berjumlah 19.435 orang.
Foto: SIGID KURNIAWAN/ANTARA
Foto aerial tenda pengungsi di kompleks Stadion Manakarra, Mamuju, Sulawesi Barat, Senin (18/1/2021). Berdasarkan data BNPB per 18 Januari 2021 pukul 14.00 WIB jumlah korban meninggal dunia akibat gempa magnitudo 6,2 di Sulawesi Barat berjumlah 84 orang, dan pengungsi berjumlah 19.435 orang.

REPUBLIKA.CO.ID, MAMUJU -- Perwakilan Polda Sulawesi Barat (Sulbar) Kombes Helmi mengatakan, upaya pemulihan kehidupan dan aktivitas ekonomi masyarakat pascagempa di Majene dan Mamuju terkendala oleh kabar miring atau hoaks tentang kemungkinan terjadinya tsunami setelah gempa. Hingga hari ini baru dua minimarket yang membuka usahanya kembali.

"Dengan adanya kejadian (gempa) yang berturut-turut, muncul analisa-analisa di televisi, yang berkembang menjadi hoaks, menyebabkan masyarakat Mamuju dan Majene banyak terpengaruh dengan info tersebut. Ini kemudian yang memperlambat pemulihan normalisasi kehidupan masyarakat Sulbar," kata Helmi dalam konferensi pers virtual BNPB langsung dari Mamuju, Sulbar, Senin (18/1).

Baca Juga

Helmi mengatakan, dengan banyaknya berita-berita yang menyebutkan kemungkinan adanya tsunami, masyarakat di Mamuju dan Majene merasa khawatir untuk kembali ke rumah mereka masing-masing. Sehingga, banyak di antara mereka masih mengungsi di sejumlah posko pengungsian.

"Dari pengungsi-pengungsi yang ada itu kebanyakan mereka bukan karena kondisi rumahnya rusak berat, tapi karena dibayangi kekhawatiran adanya tsunami, ada gempa dengan kekuatan lebih yang akan menimbulkan tsunami," katanya.

"Sehingga seharusnya tidak sebanyak ini (pengungsinya). Sebetulnya yang memang bisa mengungsi adalah orang-orang yang rumahnya hancur total, rusak berat atau sedang. Yang rusak ringan atau mungkin masih utuh sebetulnya mereka tidak perlu menjadi pengungsi," kata dia lebih lanjut.

Sementara itu, untuk mencoba menghidupkan aktivitas ekonomi masyarakat, Polda Sulbar mencoba meyakinkan para pengusaha retail untuk bisa kembali memulai operasionalnya. Saat ini telah ada dua minimarket yang dibuka di wilayah tersebut.

"Jadi siang sampai sore ini dua sudah beroperasi dengan baik. Dan tentunya di tahap awal kami lakukan penjagaan, penempatan personel kepolisian sebanyak 8 orang di masing-masing tempat," katanya.

Selain itu, mereka juga membantu mendistribusikan logistik dan bantuan yang masuk ke posko gabungan di wilayah Majene dan Mamuju kepada warga yang membutuhkan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement