REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aplikasi Umma menyelenggarakan Doa Bersama Untuk Bangsa pada Jumat (22/1) di tengah bencana yang terus terjadi di tanah air. Dalam kesempatan ini hadir sejumlah ustasz, perwakilan lembaga filantropi, warga terdampak bencana dan lainnya.
Ustaz Taufik Al Miftah mengatakan, umat islam perlu menguatkan keimanannya, bahwa setiap yang bernyawa pasti akan wafat. Menurutnya, bencana yang belakangan ini terjadi, tidak perlu dikaitkan dengan apa pun.
"Jangan dikait-kaitkan, ini bagian dari takdir," kata Ustaz dalam siaran langsung lewat Zoom pada Jumat.
Sejumlah bencana yang terjadi di tanah air di antaranya banjir, longsor, gempa, kemudian peristiwa pesawat jatuh, pandemi covid-19 yang belum berakhir, dan lainnya. Di samping itu, ada banyak ulama yang wafat belum lama ini.
Ustaz Taufik mengatakan, saat ini masih banyak ulama-ulama lainnya yang masih hidup, untuk itu sebaiknya umat dengan segera mengambil ilmu dari mereka. Ustaz mengutip sebuah hadits, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Dunia itu terlaknat dan segala yang terkandung di dalamnya pun terlaknat, kecuali orang yang berdzikir kepada Allah, yang melakukan ketaatan kepada-Nya, seorang alim atau penuntut ilmu syar'i".
Dia melanjutkan, apabila seseorang tidak bisa menjadi seorang alim, paling tidak mereka bisa menjadi muta'alim atau penuntut ilmu.
Ustaz memberikan perumpamaan, seandainya sebuah rumah akan dirobohkan, pasti yang akan diselamatkan adalah barang yang berharga. Dunia ini juga akan runtuh, maka orang saleh pun akan diambil terlebih dahulu.
Ustaz menjelaskan, memang berdasarkan keterangan dari Rasulullah, salah satu syarat kiamat yakni dicabutnya keilmuan yang ada. "Sebagai generasi umat muslim, tetap semangat lanjutkan perjuangan para ulama," ucap ustaz.
Di samping itu, Ustaz Rierie Ridwan mengatakan, terjadinya bencana di tanah air, harus disikapi dengan husnudzon (berbaik sangka). Menurutnya, bencana yang dialami oleh masyarakat masih dalam tahap teguran lembut dari Allah Ta'ala.
"Kalau Allah ingin hancurkan suatu negeri itu mudah, seperti kaum sebelumnya, kaum Luth, sekarang terjadi banjir, gempa ini teguran lembut, wafatnya para ulama, guru-guru. Ini momen musahabah," kata Ustaz Rierie.
Dia mengatakan, dengan adanya bencana ini sebagian orang saling menyalahkan, yang beribadah menyalahkan orang bermaksiat, sedangkan yang lain merasa bencana ini biasa saja, dan tidak merasa terpengaruh dengan wafatnya ulama. Menurut Ustaz, yang harus disalahkan yakni semua pihak, termasuk dirinya.
"Kita merasakan belajar sendiri, mungkin kita lupa dakwahkan yang lain, ada yang disibukkan menaikkan viewer. Ada yang ke masjid sholat, tapi tidak mengajak orang lain, kita merasa cukup dengan diri kita. Surga itu hak untuk semua orang tanpa kecuali," ucap ustaz Rierie.
Ustaz Rierie melanjutkan, kejadian yang belakangan ini terjadi dapat menjadi momen cambukkan. Waktunya umat untuk bangkit, dan menggantikan peran ulama, dan umat tidak perlu merasa tidak mampu. Minimal sebagian lain dapat mengajarkan kepada yang lainnya untuk dapat membaca doa Al-Fatihah dengan baik dan benar.