Selasa 26 Jan 2021 18:24 WIB

Moeldoko Tegaskan 4 Hal Peran HKTI Menyejahterakan Petani

Pengurus HKTI periode 2020-2025 dilantik.

Ketua Umum DPN  Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jenderal (Purn) Dr Moeldoko melantik kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) HKTI Periode 2020-2025.
Foto: Dok HKTI
Ketua Umum DPN Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jenderal (Purn) Dr Moeldoko melantik kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) HKTI Periode 2020-2025.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  --  Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jenderal (Purn) Dr Moeldoko melantik kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) HKTI Periode 2020-2025, di Jakarta, Selasa (26/1).

Pelantikan dilakukan secara hybrid, dihadiri langsung 15 pimpinan inti HKTI, sementara para pengurus HKTI yang dilantik mengikuti secara daring (online) melalui aplikasi Zoom cloud meeting.

Ketua Umum HKTI Moeldoko menegaskan pentingnya penguatan organisasi agar berperan besar dalam membangun ketahanan pangan, kemandirian pertanian, dan menjngkatkan kesejahtetaan petani. 

Moeldoko menyebutkan ada empat hal yang harus dilakukan HKTI, yaitu: konsolidasi organisasi, pendampingan petani, koordinasi dan komunikasi dengan lembaga terkait, dan melakukan social engineering.

Pertama, jelasnya, HKTI harus melakukan konsolidasi sampai ke gabungan kelompok tani (Gapoktan). Dengan begitu, HKTI dapat membantu mengatasi permasalahan-permasalahan petani langsung. “Konsolidasi harus sampai menyentuh Gapoktan,” kata Moeldoko dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Selasa (26/1).

Kedua, melakukan pendampingan petani. HKTI harus mendampingi petani untuk meningkatkan produksi. “Contoh padi M-400 di Morotai menghasilkan 10,4 ton per hektar dengan pendampingan. Varietas M-70D juga menghasilkan 8 ton lebih per hektar. 

“Hal seperti ini harus berjalan masif,” tutur Moeldoko yang juga kepala Staf Kepredinan (KSP).

Ketiga, HKTI harus melakukan koordinasi dan komunikasi dengan lembaga terkait dan pemangku kepentingan sehingga dapat menjembatani kepentingan petani.

Keempat, HKTI harus melakukan social engineering. Rekayasa sosial dalam pertanian dilakukan HKTI untuk memberikan nilai tambah produk pertanian mulai dari hulu ke hilir. “Kita bukan hanya memikirkan bertani, tapi end product (produk akhir) juga perlu dipikirkan dengan baik,” paparnya.

Moeldoko kembali mengingatkan fungsi HKTI sebagai bridging institution yang menghubungkan petani dengan pemerintah, dunia usaha, lembaga keuangan, perguruan tinggi, dan komunitas. “HKTI harus menjadi yang terdepan dalam meningkatkan kesejahteraan petani, ketahanan pangan, dan kedaulatan pangan,” ujar Moeldoko. 

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo selaku ketua Dewan Penasehat HKTI  menyampaikan bahwa sektor pertanian adalah sektor ekonomi yang tumbuh selama pandemi Covid-19. Bahkan, ekspor pertanian meningkat 15,79 persen. Ia menyampaikan juga Indonesia mampu meningkatkan produksi padi, saat ini rata-rata 5,2 ton per hektar.

Oesman Sapta Odang selaku ketua Badan Pertimbangan Organisasi (BPO) HKTI, mengingatkan kembali peran HKTI meningkatkan kesejahteraan petani dan kemajuan pertanian dengan  produktivitas pasca panen. Petani juga membutuhkan teknologi tepat guna. “HKTI harus mampu atasi masalah dengan langkah yang out of the box,” tutur Oesman Sapta. 

DPP HKTI Periode 2020 - 2025 dipimpin Ketum Jenderal (Purn) Dr Moeldoko dan Sekretaris Jenderal HKTI Mayjen (Purn) Bambang Budi Waluyo.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement