REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kemendikbud, Totok Suprayitno mengatakan pelatihan guru sebaiknya tidak berdasarkan teori. Pada peta jalan pendidikan yang diusulkan Kemendikbud, pelatihan guru hendaknya diarahkan kepada praktis.
"Pelatihan-pelatihan guru hendaknya tidak berdasarkan teori dan one size fit all dikembangkan dari pusat. Tapi harus betul-betul berdasarkan pada kebutuhan guru dan berorientasi pada praktik pedagogik yang positif," kata Totok, dalam Rapat Panja Peta Jalan Pendidikan Komisi X DPR RI, Rabu (27/1).
Ia mengatakan, berdasarkan studi yang dilakukan pihaknya, prestasi siswa sangat ditentukan kualitas guru. Terkait hal ini, kualitas guru menjadi aspek paling penting dalam perkembangan pendidikan. Khususnya jika ingin menyambut bonus demografi dengan sumber daya manusia yang berkualitas.
"Tentu jumlah guru, pemerataan guru penting. Tapi yang tidak boleh dilupakan adalah kualitas guru yang sangat menentukan hasil belajar," kata dia menegaskan.
Lebih lanjut, pihaknya mencoba menggali informasi dan data soal strategi pendidikan yang dilakukan guru. Salah satunyna berasal dari data PISA 2018, yakni hanya 30-55 persen guru yang terbiasa memberikan umpan balik pada siswa. Padahal, umpan balik strategi paling utama dalam belajar.
Pada peta jalan pendidikan yang disusun Kemendikbud, diharapkan guru harus memiliki otonomi dalam pedagogik. Guru sebagai pemilik dan pembuat kurikulum sehingga pembelajaran di sekolah sesuai dengan kebutuhan.
"Sedangkan dari pusat kurikulum merupakan kerangka yang berlaku umum secara nasional," kata Totok.