REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam rangka milad ke-20, Baznas Mualaf Center(MCB) bersama Lembaga Dakwah Khusus (LDK) Majelis Ulama Indonesia mengadakan kegiatan eminar dakwah dengan tema “Optimalisasi Zakat Sebagai Kekuatan Menghadapi Tantangan Dakwah Daerah 3T (Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal)”.
Kegiatan yang digelar secara daring pada Selasa (26/1) itu bertujuan untuk menguatkan wawasan tentang peran Baznas dalam optimalisasi zakat pada dakwah daerah 3T (Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal) dan mengetahui peran Majelis Ulama Indonesia mengenai strategi dakwah daerah 3T.
Dalam sambutannya Direktur Utama Baznas Muhammad Arifin Purwakananta menyampaikan pentingnya lembaga zakat mendalami program zakat bagi mualaf untuk memahami problem yang terjadi dan memahami konsepsi strategi-strategi besar untuk membantu para mualaf.
“Saya kira lembaga zakat seperti Baznas dan juga lembaga amil zakat pada umumnya haruslah mendalami apa yang dimaksud dengan program zakat bagi mualaf. Untuk itu, maka Baznas mendirikan Mualaf Center Baznas (MCB) untuk segera memahami problem yang ada, melakukan pemetaan, serta merumuskan konsep dan strategi-strategi besar untuk membantu para mualaf melalui pemanfaatan dana zakat untuk bisa melayani dan mengembangkan para mualaf menjadi lebih berdaya,” ujarnya dalam rils yang diterima Republika.co.id.
Arifin Purwakananta juga menyampaikan bahwa Baznas, baik pusat maupun daerah, serta seluruh lembaga zakat yang ada untuk dapat memanfaatkan zakat sebagai salah satu penguatan dari dakwah terutama dakwah mualaf di daerah-daerah 3T.
“Saya kira daerah-daerah 3T adalah daerah-daerah yang perlu dikembangkan karena merupakan daerah-daerah miskin. Sehingga, bertemulah di sana beberapa ashnaf yaitu asnaf mualaf, fakir, miskin, dan juga fi sabilillah. Karena itu, tidak salah manakala Baznas menaruh perhatian dalam penyaluran zakat kepada wilayah-wilayah tersebut,” tambahnya.
Selanjutnya pada keynote speechnya, Ketua Badan Amil Zakat Nasional RI Prof Dr KH Noor Achmad MA menyampaikan untuk selalu mengedepankan dakwah positif yang memperlihatkan rahmatan lil’alamin Islam yang memang selalu mengedepankan perdamaian.
“Dalam berdakwah yang kita lakukan adalah bagaimana kita memberikan dakwah yang sangat positif kepada mereka. Caranya dengan memperlihatkan Islam yang ramah, yang selalu mengedepankan perdamaian, sikap wasathiyah, dan mampu mensejahterakan. Maka dari itu ini menjadi bagian penting dari program Baznas karena pada tahun ini kita hembuskan tagline Baznas Pilihan Pertama Membayar Zakat Lembaga Utama Mensejahterakan Umat,” tambahnya.
Terakhir Prof Noor Achmad mengatakan perlunya ada kekuatan besar dan sinergi antarlembaga dalam menyelesaikan masalah mualaf terutama di daerah 3T.
“Perlu ada kekuatan pembinaan yang saling berkelindan antara MUI, ormas Islam, lembaga dakwah dan masjid-masjid besar, dan tentunya Baznas karena ada bagian untuk asnaf mualaf di situ. Kekuatan inilah yang perlu dikreasikan bagaimana ke depan menangani dan menyelesaikan permasalahan mualaf terutama mualaf yang berada di daerah 3T,” paparnya.
Seminar Dakwah ini dilaksanakan secara virtual dengan beberapa narasumber. Salahuddin El Ayyubi, Lc, MA (kepala Lembaga Mualaf Center Baznas RI) berbicara tentang Optimalisasi Zakat dalam Dakwah Daerah 3T; Dr Muhammad Ziyad (ketua LDK- Muhammadiyah) berbicara tentang Peran Da'i Menjaga Kedaulatan NKRI di Daerah 3T; dan Drs H Abu Deedat Syihab MH (ketua LDK-MUI) berbicara tentang Strategi Dakwah Daerah 3T. Seminar ini dihadiri oleh perwakilan Baznas Provinsi dan Kabupaten/Kota, lembaga dakwah, ormas Islam, aktivis dakwah, mahasiswa dan elemen yang lainnya.