REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dwina Agustin, Reuters
Reena Jani bangun pagi, menyelesaikan tugasnya di cuaca dingin pada Januari. Dia harus menanjak ke jalan yang melewati dusun terpencilnya di Pendajam di India timur untuk.
Mengendarai sepeda motor tetangga selama 40 menit melewati lereng bukit yang dipenuhi persawahan, petugas kesehatan suku berusia 34 tahun itu menuju ke Puskesmas Mathalput. Nama Jani ada dalam daftar 100 petugas kesehatan di pusat tersebut.
Pekerjaan itu menjadikan Jani salah satu orang India pertama yang disuntik melawan Covid-19 awal bulan ini. Namun, dia telah mendengar desas-desus tentang efek samping yang serius dan khawatir tentang apa yang akan terjadi jika dia jatuh sakit.
"Saya takut karena putra dan putri saya. Jika sesuatu terjadi pada saya, apa yang akan mereka lakukan?" ujar Jani. Namun, dia tampak lega setelah injeksi tidak menghasilkan efek samping langsung.
Skeptisisme keamanan dan kemanjuran suntikan Covid-19 tinggi di India, terutama di daerah pedesaan,menyebar, seperti yang dikhawatirkan Jani pertama kali. Ketika pertama kali mengetahui akan divaksinasi, Jani mengatakan tidak khawatir. Kemudian dia mendengar rumor.
Baca juga : Jaya Suprana: Dari Cadar Hingga Kebangkitan Peradaban Masker
"Seseorang mengatakan kepada saya bahwa orang-orang pingsan, demam dan beberapa meninggal setelah disuntik. Itulah sebabnya saya ketakutan," ujar pekerja kesehatan komunitas aktivis kesehatan sosial (ASHA) yang terakreditasi ini.
Dalam survei yang dilakukan oleh platform daring berbasis di New Delhi, LocalCircles, 62 persen dari 17.000 responden ragu untuk segera divaksinasi, terutama karena kekhawatiran atas kemungkinan reaksi yang merugikan. Ketakutan juga tersebar luas di kalangan petugas kesehatan.
Kondisi ini mendorong India pada pekan terakhir Januari untuk meminta pekerja garis depan tidak menolak vaksin setelah banyak negara bagian gagal memenuhi target vaksinasi awal. Petugas medis yang bertanggung jawab atas Pusat Kesehatan Komunitas Mathalput, Dr Tapas Rajan Behera, mengatakan pihak berwenang mengetahui kemungkinan keengganan untuk mengambil vaksin dan telah menginstruksikan petugas kesehatan untuk menghilangkan kekhawatiran atas keselamatan.
Vaksin yang Jani terima pun melewati kondisi yang tidak biasa. Vaksin ini dibawa dengan pesawat, truk dan van sekitar 1.700 km dari pabrik ke Puskesmas Mathalput dan harus dijaga agar tetap dingin sepanjang jalan.
Kedatangan vaksin semakin rentan saat memasuki distrik Koraput, tempat milisi kiri melancarkan pemberontakan tingkat rendah di tengah perbukitan dan hutan lebat. Namun, para pejabat mengakui ini hanyalah puncak gunung es.
Lebih dari satu juta suntikan vaksin diberikan sejauh ini, terutama menargetkan pekerja kunci seperti Jani. Langkah ini adalah fase kecil pertama dari program vaksin yang diharapkan India akan melindungi 1,4 miliar penduduknya dari virus corona. Saat ini India telah mendistribusikan 16,5 juta dosis dari dua vaksin yang disetujui ke negara bagian dan teritori.
Hanya ketika fase ketiga yang jauh lebih besar diluncurkan untuk 270 juta orang yang dianggap rentan, pemerintah baru akan tahu kondisi sebenarnya dalam pendistribusian. India telah memetakan rencana untuk memvaksinasi sekitar 300 juta orang pada Juli-Agustus.
Tahap pertama yang dilakukan awal bulan ini menargetkan 10 juta tenaga kesehatan, termasuk Jani. Berikutnya adalah 20 juta pekerja layanan esensial, diikuti oleh 270 juta orang yang dianggap rentan terhadap virus corona.
Selain jumlah target, tidak ada peta jalan yang jelas, meski pemerintah mengatakan bahwa setiap orang India yang menginginkan atau membutuhkan vaksin akan mendapatkannya. Namun, cakupan vaksin pun tidak merata, seperti di desa Pendajam. Petugas kesehatan dipanggil ke pertemuan untuk menginformasikan rencana vaksinasi, diikuti dengan kunjungan dari pengawas ke orang-orang yang terdaftar untuk diinokulasi.
Untuk fase ketiga yang jauh lebih besar, kolektor distrik di Pendajam mengatakan, mengantisipasi lonjakan penerima vaksin, mereka akan mengerahkan seluruh pasukan polisi lokal. Pasukan itu bertugas mengelola kerumunan serta memperoleh kendaraan tambahan untuk mendukung staf yang bekerja di daerah yang berjauhan.
Tetapi, kepala polisi Odisha barat daya Rajesh Pandit, menyatakan, memindahkan vaksin jauh ke dalam interior, tempat milis Maois beroperasi, juga mengharuskan polisi untuk bekerja dengan pasukan paramiliter lain dan pasukan khusus untuk memberikan keamanan. "Kami harus ekstra hati-hati," katanya.