REPUBLIKA.CO.ID, WINA -- Badan Energi Atom Internasional (IAEA) melaporkan, Iran semakin tidak patuh pada kesepakatan nuklir 2015. Negara tersebut memperkaya uranium dengan sejumlah besar mesin sentrifugasi canggih di pabrik bawah tanah.
"Iran telah menyelesaikan instalasi salah satu dari tiga kaskade ini, yang berisi 174 sentrifugal IR-2m, dan, pada 30 Januari 2021, Iran mulai memasok kaskade dengan UF6," kata IAEA dalam laporan yang diperoleh Reuters pada Selasa (2/2).
Pernyataan IAEA mengacu pada bahan baku uranium heksafluorida. Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu pun mengkonfirmasi bahwa Iran telah mulai memperkaya dengan kaskade kedua.
Teheran baru-baru ini mempercepat pelanggaran kesepakatan untuk meningkatkan tekanan pada Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden. Tekanan itu karena kedua belah pihak mengatakan bersedia untuk kembali mematuhi perjanjian Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) jika pihak lain bergerak lebih dulu.
Teheran memulai pelanggarannya pada 2019 sebagai tanggapan atas penarikan Washington dari JCPOA pada 2018 di bawah Presiden Donald Trump. AS pun menerapkan kembali sanksi ekonomi terhadap Iran yang sebelumnya dicabut atas timbal balik dari penandatangan JCPOA.
Perjanjian tersebut mengatakan Iran dapat memurnikan uranium hanya di situs pengayaan utamanya atau pabrik bawah tanah di Natanz dengan sentrifugal IR-1 generasi pertama. Tahun lalu, Iran mulai memperkaya dengan kaskade atau cluster, mesin IR-2m yang jauh lebih efisien. Akhir tahun lalu, Teheran pun mengumumkan akan memasang tiga lagi.
IAEA melaporkan, Teheran juga terus maju dengan pemasangan sentrifugal yang lebih canggih. Dari dua kaskade mesin IR-2m yang tersisa, pemasangan satu telah dimulai sementara pemasangan lainnya hampir selesai.