Rabu 03 Feb 2021 16:35 WIB

Indikator Ekonomi Membaik, Sri Mulyani: Krisis Belum Usai

Pemerintah tetap disiplin dalam menerapkan dukungan fiskal.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolandha
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebutkan, dampak negatif akibat pandemi Covid-19 masih belum tuntas. Hal ini disampaikannya meskipun beberapa indikator ekonomi telah menunjukkan tren pemulihan.
Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebutkan, dampak negatif akibat pandemi Covid-19 masih belum tuntas. Hal ini disampaikannya meskipun beberapa indikator ekonomi telah menunjukkan tren pemulihan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebutkan, dampak negatif akibat pandemi Covid-19 masih belum tuntas. Hal ini disampaikannya meskipun beberapa indikator ekonomi telah menunjukkan tren pemulihan.

Salah satu indikator yang menunjukkan perbaikan adalah Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur. Pada bulan lalu, indikator ini berada pada level 52,2, membaik dibandingkan Desember yang masih di level 51,3. Angka di atas 50 menunjukkan kondisi manufaktur yang mengalami ekspansi.

Baca Juga

Tapi, Sri menegaskan, masih terlalu awal untuk mengatakan bahwa Indonesia sudah melalui situasi buruk akibat pandemi. "Ini semua masih terlalu dini untuk mengatakan, krisis sudah selesai," tuturnya dalam Mandiri Investment Forum 2021 secara virtual pada Rabu (3/2).

Oleh karena itu, Sri menekankan, pemerintah bersama bank sentral dan otoritas keuangan akan tetap waspada dan disiplin dalam menerapkan dukungan fiskal maupun instrumen lain seperti keuangan hingga pembiayaan.

Dari sisi fiskal, pemerintah sudah menyiapkan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang diperkirakan akan membutuhkan anggaran hingga Rp 619 triliun. Program ini ditujukan untuk memberikan perlindungan sosial kepada masyarakat terdampak hingga membantu percepatan distribusi vaksinasi gratis.

Kebijakan fiskal ini akan diiringi dengan pembiayaan yang terkelola dengan baik. Sri mengatakan, upaya pemerintah untuk menjaga kestabilan pembiayaan sudah dibuktikan dengan rating dari Japan Credit Rating Agency (JCR) yang mempertahankan peringkat Indonesia pada posisi BBB+ outlook stabil pada Desember.

Situasi tersebut berbeda dengan pemberian rating kepada negara lain. Sri menyebutkan, selama pandemi, agency telah menurunkan lebih dari 120 surat utang negara lain. "Ini bukan untuk kepuasan diri, tapi ini menunjukkan, yang kita lakukan selama ini merupakan kombinasi tepat antara fleksibilitas, pragmatisme dan bagaimana kita fokus untuk pembiayaan yang berlanjut dan prudent," ucapnya.

Sri memproyeksikan, ekonomi Indonesia dapat tumbuh di kisaran lima persen pada tahun ini. Angka tersebut jauh membaik dibandingkan perkiraan kontraksi sepanjang 2020 yang berada pada level minus 2,2 persen hingga 1,7 persen.

Melalui respons yang terintegrasi dan koordinasi antar pemangku kepentingan, Sri optimistis, dampak Covid-19 dapat diminimalisir. Seiring dengan itu, akselerasi pemulihan bisa semakin cepat setelah sudah terlihat pada kuartal ketiga dan keempat lalu. "Kita harap, bisa terus jaga momentumnya di 2021," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement