Kamis 04 Feb 2021 20:49 WIB

Wiku: Rencana Pengurangan Insentif Nakes Masih Dibahas

Pemerintah belum membuat keputusan final mengenai pengurangan insentif nakes.

Petugas menyuntik vaksin Covid-19 tenaga kesehatan (Nakes) di Puskesmas Pandak I, Bantul, Yogyakarta, Rabu (3/2). Sebanyak 52 Nakes akan disuntik vaksin Covid-19 untuk tahap pertama. Beberapa Puskesmas di Yogyakarta baru bisa menjalani imunisasi Covid-19 pada pekan ini.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Petugas menyuntik vaksin Covid-19 tenaga kesehatan (Nakes) di Puskesmas Pandak I, Bantul, Yogyakarta, Rabu (3/2). Sebanyak 52 Nakes akan disuntik vaksin Covid-19 untuk tahap pertama. Beberapa Puskesmas di Yogyakarta baru bisa menjalani imunisasi Covid-19 pada pekan ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, bahwa pemerintah masih membahas rencana pemotongan insentif bagi tenaga kesehatan. Ia memastikan, pemerintah belum membuat keputusan final mengenai hal itu.

"Terkait dengan pengurangan insentif bagi nakes, hal ini masih dibahas oleh Menteri Kesehatan dan Menteri Keuangan," kata Wiku saat menyampaikan keterangan pers di Kantor Presiden Jakarta, Kamis (4/2).

Baca Juga

"Pada prinsipnya pemerintah memahami aspirasi dari para tenaga kesehatan yang telah berjuang memberikan pelayanan terbaik bagi pasien Covid-19 dan keputusan yang nantinya akan diambil tentunya adalah yang terbaik dengan mempertimbangkan aspirasi tenaga kesehatan dan juga anggaran yang tersedia," katanya, menambahkan.

Pada Senin (1/2) Menteri Keuangan Sri Mulyani mengirimkan surat kepada Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin perihal permohonan perpanjangan pembayaran insentif bulanan dan santunan kematian bagi tenaga kesehatan dan peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) yang menangani Covid-19. Dalam surat tersebut besaran insentif bagi tenaga kesehatan dipotong 50 persen.

Sebelumnya, menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 447 tahun 2020, insentif per orang per bulan untuk dokter spesialis Rp15 juta; dokter umum dan gigi Rp10 juta; bidan dan perawat Rp7,5 juta; dan tenaga medis lainnya senilai Rp5 juta. Dalam surat dari Menteri Keuangan ke Menteri Kesehatan, nilai insentif bagi tenaga kesehatan dipangkas 50 persen dari sebelumnya.

Wiku menjelaskan, bahwa Kementerian Kesehatan masih berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk memastikan insentif bagi tenaga kesehatan bisa disalurkan tepat sasaran dan tepat waktu.

"Kami meminta kepada fasilitas pelayanan kesehatan untuk segera memenuhi persyaratan administrasi yang dibutuhkan sehingga dana insentif ini dapat diterima oleh tenaga kesehatan," katanya.

Rencana pemerintah memangkas insentif bagi tenaga kesehatan yang terlibat dalam penanganan Covid-19 mendapat kritik dari Koalisi Warga untuk Keadilan Akses Kesehatan yang meliputi Indonesia Corruption Watch (ICW), LaporCovid19, Lokataru Foundation dan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI).

"Kami mendesak agar pemerintah membatalkan kebijakan terkait pemotongan insentif bagi tenaga kesehatan dan segera merealisasikan pemberian insentif dan santunan kematian kepada tenaga kesehatan," kata perwakilan koalisi Wana Alamsyah.

Wana mengemukakan adanya penurunan alokasi dana untuk penanganan Covid-19 dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021. Menurut dia, pemerintah pada 2020 mengalokasikan anggaran kesehatan khusus untuk penanganan Covid-19 sebesar Rp87,55 triliun namun menurunkannya menjadi Rp60,5 triliun pada tahun 2021.

"Pemotongan insentif bagi tenaga kesehatan ini diduga disebabkan adanya penurunan alokasi anggaran untuk COVID-19," katanya.

Wana juga mengatakan, bahwa sampai sekarang masih banyak tenaga kesehatan yang belum menerima insentif atau santunan dari pemerintah.

"Masih banyaknya tenaga kesehatan yang belum mendapatkan insentif dan santunan kematian salah satu penyebabnya karena belum tata kelola data yang dimiliki oleh pemerintah buruk," kata Wana.

photo
Pemerintah memberikan insentif untuk mengatasi efek ekonomi corona - (republika)

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement