REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K Lukito mengingatkan perlu pertimbangan khusus untuk vaksinasi kelompok usia lanjut (lansia) di atas 70 tahun. BPOM diketahui telah memberikan izin untuk vaksinasi bagi lansia di atas 60 tahun.
Penny mengatakan, meski BPOM telah mengeluarkan izin penggunaan atau Emergency Use Authorization (EUA) vaksin Sinovac untuk lansia di atas 60 tahun, namun tetap memerlukan screening bagi lansia, khususnya di atas 70 tahun. Ini karena, hasil uji klinis fase tiga di Brasil dari 600 lansia hanya sampai usia 70 tahun.
"Karena itu di atas 70 tahun, tentu perlu ada pertimbangan khusus pendampingan dari dokter yang mendampingi dan melakukan screening pada saat pemberian vaksin tersebut," kata Penny saat konferensi pers secara daring, Ahad (7/2).
Ia menjelaskan, vaksinasi lansia di atas 70 tahun bukan dilarang. Namun, berdasarkan data hasil uji klinis fase tiga di Brasil menunjukan pemberian vaksin hanya sampai usia 70 tahun.
"Artinya apabila kami berikan pada usia lansia di atas usia 70 tahun memerlukan pertimbangan yang khusus, spesifik, individu ya pada saat melakukan screening dan perlu kehati-hatian," kata Penny.
Tak hanya itu, dalam pernyataannya Penny mengingatkan kelompok lansia merupakan populasi berisiko tinggi. Karena itu, pemberian vaksin juga harus dilakukan dengan hati hati.
Sebab, kelompok lansia cenderung memiliki berbagai komorbid atau penyakit penyerta yang harus diperhatikan dalam penggunaan vaksin Sinovac.
"Oleh karena itu proses screening menjadi sangat critical, sangat penting sebelum dokter memutuskan untuk memberikan persetujuan vaksinasi," kata Penny.
Karena itu, BPOM mengeluarkan panduan informasi untuk tenaga kesehatan dalam melakukan vaksinasi kelompok usia lanjut. Ini dikeluarkan, setelah BPOM mengeluarkan izin penggunaan atau Emergency Use Authorization (EUA) vaksin Coronavac buatan Sinovac untuk lansia di atas 60 tahun.
"BPOM telah mengeluarkan informasi untuk tenaga kesehatan yang dapat digunakan sebagai acuan bagi tenaga kesehatan dan vaksinator dalam melakukan skrining sebelum pelaksanaan vaksinasi (terhadap lansia)," ujar Penny.
Selain itu, Penny mengingatkan manajemen risiko dalam pemberian vaksin kepada lansia juga harus diperhatikan. Ia mengingatkan, perlu diantisipasi mitigasi risiko setelah vaksin diberikan kepada kelompok lansia.
"Apabila terjadi hal tidak diinginkan setelah pemberian vaksin maka penyediaan akses pelayanan medis dan obat-obatan untuk penanganan kejadian ikutan pascaimunisasi (KIPI) yang serius yang mungkin saja terjadi, harus menjadi perhatian bagi penyelenggara pelayanan vaksinasi untuk lansia," katanya.
Ia menegaskan pentingnya kesiapsiagaaan petugas kesehatan di lapangan dalam pelaksanaan vaksinasi pada kelompok lansia.
Sebelumnya, izin vaksin lansia dikeluarkan BPOM mengacu hasil uji klinis terhadap kelompok lansia di Brasil dan China yang menemukan data data keamanan dan khasiat yang cukup. Berdasarkan data yang diterima BPOM dari hasil uji klinik fase 2 di Cina dan fase 3 di Brasil pada akhir Januari, yang melibatkan kelompok usia diatas 60 tahun sesuai jumlah subjek yang cukup memadai.
Hasilnya, pertama, uji klinik fase 1 dan 2 di China yang melibatkan subjek lansia sebanyak sekitar 400 orang menunjukkan vaksin Coronavac yang diberikan dengan dua dosis vaksin dengan jarak antar dosis 28 hari menunjukkan hasil imunogenisitas yang baik. Menurutnya, terjadi peningkatan kadar antibodi yang baik setelah 28 hari pemberian dosis kedua adalah 97,96 persen, dan terjadi setelah 28 hari pemberian dosis kedua antibodi masih tinggi di 97,98 persen pada subjek yang mengikuti uji klinik.
"Keamanan yang dapat ditoleransi dengan baik, dengan data keamanan yang dapat ditoleransi dengan baik, serta tidak adanya efek samping serius, derajat ketiga, berarti yang serius yang dilaporkan disebabkan karena pemberian vaksin ini," ujar Penny.
Kemudian, uji klinis fase 3 yang berlangsung di Brazil dengan melibatkan subjek lansia sebanyak 600 orang juga menyimpulkan vaksin aman dan tidak ada efek samping kematian atau efek samping serius dari dari derajat usia yang dilaporkan. Ia menyebut, efek samping umumnya terjadi adalah ringan yaitu nyeri pada urutan mual demam bengkak merah pada kulit dan sakit kepala.
Karena itu, BPOM telah resmi mengizinkan vaksin Covid-19 Coronavac buatan farmasi China, Sinovac digunakan untuk memvaksin penduduk Indonesia kelompok usia di atas 60 tahun (lansia).
"Pada 5 Februari 2021 kemarin, BPOM telah mengeluarkan persetujuan Emergency Use Authorization penggunaan vaksin Coronavac untuk usia diatas 60 tahun dengan 2 dosis suntikan vaksin yang diberikan dalam selang waktu 28 hari," ujar Penny.