REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU — Bencana banjir yang terjadi di sejumlah wilayah Kabupaten Indramayu dilaporkan berdampak terhadap ribuan hektare tambak. Ada tambak yang dilaporkan rusak, dan ikannya kabur.
Menurut Pelaksana Tugas Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan (Diskanla) Kabupaten Indramayu Edi Umaedi, berdasarkan pendataan hingga akhir pekan lalu, ada sekitar 4.001,3 hektare lahan tambak yang terendam banjir, tersebar di sejumlah kecamatan. “Paling parah di Kecamatan Losarang, yang mencapai 3.800 hektare,” kata dia, Senin (15/2).
Edi mengatakan, di tambak terdampak banjir ini dibudidayakan berbagai jenis ikan. Ada yang membudidayakan ikan lele, nila, gurami, bandeng, juga udang. Menurut dia, umur ikan dan udang yang dibudidayakan ini bervariasi. “Ada yang kecil dan ada pula yang sudah siap panen,” ujarnya.
Akibat banjir yang terjadi pekan lalu, ikan dan udang yang dibudidayakan di sejumlah tambak dilaporkan kabur. Kondisi itu dimanfaatkan sejumlah warga, seperti di wilayah Kecamatan Kandanghaur, yang berbatasan dengan Kecamatan Losarang. Sejumlah warga tampak memancing di genangan air banjir, bahkan ada yang menggunakan jaring untuk menangkap ikan.
Menurut Edi, dilaporkan juga kerusakan pada tambak, seperti bagian pematang. Banjir disebut membuat pematang yang terbuat dari tanah menjadi terkikis, longsor, bahkan jebol.
Edi mengatakan, kerugian para petambak akibat dampak banjir ini masih dalam penghitungan. Namun, ia memperkirakan total kerugiannya bisa mencapai puluhan miliaran rupiah.
Menurut Edi, belum semua petambak yang terdampak banjir ini juga terkover program asuransi yang digulirkan pemerintah pusat. Apalagi, sejak tahun lalu, kuota asuransi untuk pembudi daya di Kabupaten Indramayu disebut baru untuk 160 orang. “Jadi, belum semua petambak terlindungi asuransi pembudi daya,” kata Edi.