REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Senin (15/2) mengeluarkan izin penggunaan darurat untuk vaksin buatan bersama AstraZeneca dan Oxford University. Izin itu diharapkan oleh banyak pihak dapat memperluas distribusi vaksin, yang harganya cukup terjangkau, di negara-negara berkembang.
“Kami telah memastikan semuanya siap untuk vaksin segera didistribusikan. Namun, kami masih harus meningkatkan produksi,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Gebreyesus saat acara jumpa pers.
“Kami akan terus meminta para produsen vaksin Covid-19 mengirim informasi ke WHO bersamaan dengan waktu mereka menyerahkan informasi itu ke negara-negara maju,” kata Tedrosterkait informasi mengenai produksi vaksin.
WHO lewat pernyataan resminya mengumumkan pihaknya telah mengeluarkan izin pakai darurat (EUA) untuk vaksin Covid-19 yang diproduksi oleh AstraZeneca bersama SKBio (Korea Selatan) dan oleh Serum Institute of India (SII).
Vaksin itu masuk dalam daftar WHO setelah sekelompok ahli merekomendasikan vaksin Covid-19 buatan AstraZeneca/Oxford University masuk dalam daftar penggunaan darurat.
Baca juga : Acara Wali Kota Bekasi di Cisarua Dibubarkan tanpa Kericuhan
Para ahli mengatakan dua dosis vaksin dapat diberikan ke seluruh orang dewasa dan jarak antara kedua dosis adalah sekitar 8-12 minggu. Vaksin itu diyakini dapat digunakan untuk mencegah varian baru Covid-19 yang ditemukan di Afrika Selatan.
Hasil evaluasi WHO menunjukkan vaksin Covid-19 AstraZeneca telah memenuhi kriteria dan syarat wajib terkait keamanan vaksin. Manfaat yang diperoleh dari vaksin itu dikatakan masih lebih banyak daripada risikonya.
Vaksin buatan AstraZeneca/Oxford diterima dengan baik di banyak negara karena lebih murah jika dibandingkan dengan vaksin buatan Pfizer dan BioNTech. WHO pada Desember 2020 mengeluarkan izin pakai darurat untuk vaksin Covid-19 buatan Pfizer/BioNTech.
Reuters, lewat survei mandirinya, menyebut hampir 109 juta orang di dunia kena Covid-19 dan lebih dari 2,5 juta jiwa meninggal akibat penyakit tersebut.
Sejak Covid-19 pertama kali dilaporkan mewabah di Kota Wuhan, China, pada Desember 2019, Covid-19 telah menyebar ke lebih dari 210 negara dan wilayah.
Jumlah vaksin yang akan disediakan oleh AstraZeneca lewat skema pengadaan vaksin dunia, COVAX, cukup banyak. Lebih dari 330 juta dosis akan segera dikirim ke negara-negara miskin pada akhir Februari.
Izin pakai darurat vaksin yang dikeluarkan WHO dapat jadi rujukan bagi negara-negara miskin dan berkembang untuk segera mengeluarkan izin untuk penggunaan vaksin.
COVAX Faciliy, yang digerakkan oleh aliansi global vaksin (GAVI), WHO, dan Epidemic Preparedness Innovations, UNICEF, dan Dana Anak PBB (UNICEF). Dosis yang ada saat ini diyakini dapat melindungi rata-rata 3,3 persen dari total populasi di 145 negara berkembang.