REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Administrasi Makanan dan Obat AS (FDA) telah memberikan izin penggunaan darurat vaksin yang dikembangkan oleh Johnson & Johnson (J&J). Vaksin ini memiliki sejumlah keuntungan dibandingkan vaksin lainnya.
Vaksin J&J memiliki efikasi hanya dengan satu dosis. Ini dinilai akan sangat membantu bagi orang-orang yang wilayahnya sulit dijangkau.
Selain itu, vaksin J&J dapat disimpan pada suhu lemari es normal, membuat distribusinya menjadi lebih mudah ke seluruh dunia. Ini berbeda dengan vaksin Pfizer dan Biontech yang harus dikirim dalam keadaan beku.
Dalam uji coba global yang melibatkan 44 ribu orang, vaksin J&J 66 persen efektif mencegah Covid-19 sedang hingga parah, empat pekan setelah inokulasi. Vaksin ini 100 persen efektif dalam mencegah rawat inap dan kematian akibat virus.
Terdapat sedikit efek samping serius yang dilaporkan dalam percobaan. Vaksin ini juga menemukan sejumlah bukti awal dapat mengurangi infeksi tanpa gejala. Namun, diperlukan penelitian lebih lanjut.
J&J mengatakan pada Jumat (26/2) bahwa perusahaan tengah mengembangkan vaksin generasi kedua yang menargetkan varian baru di Afrika Selatan. Vaksin ini akan siap memulai uji coba tahap pertama pada musim panas. J&J juga tengah menguji vaksin dua dosis yang diharapkan hasilnya bisa keluar pada musim panas ini.
Vaksin J&J menggunakan virus flu biasa yang dikenal sebagai adenovirus tipe 26 untuk memasukkan protein virus corona ke dalam sel tubuh dan memicu respons imun. Vaksin J&J menggunakan molekul DNA untai ganda untuk menyampaikan instruksi genetiknya, yang lebih keras daripada molekul RNA untai tunggal dan digunakan dalam vaksin Moderna dan Pfizer.