REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan, laju inflasi pada Februari 2021 sebesar 0,10 persen. Angka inflasi tersebut mengalami penurunan dari posisi Januari 2021 yang sebesar 0,26 persen maupun Februari 2020 yang mencapai 0,20 persen.
Kepala BPS, Suhariyanto, menjelaskan, dengan angka inflasi tersebut, angka inflasi secara tahunan (year on year/yoy) sebesar 1,38 persen. Inflasi tersebut juga lebih rendah dibanding inflasi yoy pada posisi Januari 2021 yang sebesar 1,55 persen maupun inflasi yoy Februari 2020 yang mencapai 2,98 persen.
"Inflasi bulan Februari lebih lambat dibanding Januari. Ini mengindikasikan sampai Februari dampak pandemi masih membayangi perekonomian," kata Kepala BPS, Suhariyanto dalam konferensi pers, Senin (1/3).
Suhariyanto memaparkan, dari 90 kota indeks harga konsumen (IHK), sebanyak 56 kota mengalami inflasi. Sisanya, sebanyak 34 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat sebesar 1,12 persen. Adapun deflasi tertinggi terdapat di Gunungsitoli, Sumatera Utara.
Suhariyanto mengatakan, pemerintah harus terus mewaspadai dampak pandemi terhadap pergerakan inflasi. Sebab, pembatasan aktivitas membuat roda ekonomi melambat itu berpengaruh ke pendapatan dan lemahnya permintaan.
Ia mengatakan, dari 11 kelompok pengeluaran terdapat 9 kelompok yang mengalami inflasi. Adapun dua kelompok lainnya yakni perawatan pribadi dan jasa lainnya serta informasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami deflasi.