REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Balas dendam bukan perbuatan yang baik bagi siapapun sehingga tidak patut dilakukan. Balas dendam juga dilarang dalam Islam.
Kalau pun balas dendam itu tetap dilakukan saking bencinya terhadap sesuatu, maka yang bersangkutan akan mendapat pengaruh buruk. Berikut ini adalah lima faktor mengapa balas dendam dilarang sebagaimana dilansir di Islamweb.
1. Membenamkan kebencian dalam Jiwa
Orang yang berbuat balas dendam bukanlah orang yang terhormat. Dawud bin Rasyid mengutip perkataan orang bijak India yang menyebutkan, "Saya tidak akan menang melawan orang bodoh, tetapi saya tidak akan membalas dendam."
Dari Ibnu al-Kalabi dari ayahnya, dia mengatakan bahwa Salam bin Nawfal al-Daili adalah guru Bani Kenana. Suatu malam seseorang dari Bani Kenana keluar untuk melawan dengan pedang. Lalu dia dibawa ke hadapan Salam bin Nawfal dan bertanya soal apa yang sudah kamu dilakukan orang tersebut.
Salam mengingatkan bahwa tidak ada gunanya membalas dendam. Sebab lebih terhormat menahan amarah, dan memaafkan orang yang berbuat buruk pada kita. Justru membalas dendam adalah perbuatan bodoh karena mentoleransi atau membenamkan kebencian dalam jiwa dan hartanya.
2. Bukan perbuatan terhormat
Balas dendam itu bukan perbuatan yang terhormat. Orang bijak berkata, "Bukan kebiasaan yang terhormat untuk membalas dendam dengan cepat, dan juga bukan salah satu syarat kemurahan hati serta menghilangkan keberkahan.
3. Tidak diapresiasi
Orang yang melakukan balas dendam tidak perlu diberikan ucapan terima kasih dan tidak perlu dipuji. Al-Abshihi berkata, "Orang yang membalas dendam telah menyembuhkan amarahnya dan mengambil haknya. Sehingga dia tidak wajib disyukuri atas perbuatannya itu."
4. Bakal menyesal
Balas dendam itu akan diikuti rasa penyesalan, percayalah. Ini sebagaimana perkataan Ibnu Qayyim, "Tidak ada yang pernah membalas dendam. Jika dilakukan, penyesalan akan datang."
5. Menimbulkan kebencian
Membalas dendam tidak akan mendatangkan kebaikan. Perbuatan tersebut justru menimbulkan kebencian di tengah masyarakat.
Sumber: islamweb