REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menyatakan, meski vaksin Covid-19 sudah ada, tapi pemahaman disiplin melaksanakan 3M dan tracing terhadap kontak erat harus terus disosialisasikan. Dia meminta, jajarannya untuk mengajak tokoh masyarakat, agama, adat, dan pemuda untuk membangun pemahaman itu di tengah masyarakat.
"Ajak tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, tokoh pemuda di masyarakat untuk membangun pemahaman dan kedisiplinan tersebut," ujar Hadi dalam siaran pers, Jumat (5/3).
Dia menjelaskan, vaksin bukanlah obat dan meski sudah divaksin tidak berarti kebal 100 persen terhadap virus Covid-19. Sudah divaksin berarti tubuh sudah lebih kuat dalam menghadapi virus, bukan kebal virus. Senjata utama sesungguhnya adalah disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan atau 3M.
"Mengenakan masker, menjaga jarak dan mencuci tangan dengan sabun. Sehingga 3M dan 3T akan terus digencarkan seiring dengan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat bersekala mikro di tingkat RT-RW," kata dia.
Menurut Hadi, langkah tersebut terbukti efektif menekan angka penularan dan melandaikan kurva kasus positif Covid-19, khususnya di beberapa daerah di Jawa dan Bali yang melaksanakan PPKM mikro. Semua itu, dia sampaikan, ketika menyampaikan pengarahan kepada prajurit TNI dan anggota Polri di Mapolda Kepulauan Riau, Kepulauan Riau.
Dalam kegiatan ini Panglima TNI berpesan kepada para Prajurit di lapangan untuk melaksanakan tugas mulia sebagai garda terdepan melawan pandemi Covid-19 dengan sebaik-baiknya. Dia memina prajuritnya membantu Satgas Covid-19 di daerah masing-masing untuk melaksanakan tracing terhadap kontak erat dan edukasi mayarakat akan pentingnya upaya pencegahan melalui 3M.
"Mari kita laksanakan tugas kita dengan penuh dedikasi dan semangat, untuk menjaga stabilitas keamanan, terbebas dari pandemi Covid-19 dan memulihkan perekonomian nasional," kata Panglima TNI.
Adapun vaksinasi yang dilaksanakan bagi 1.000 personel TNI-Polri di sana dengan rincian 500 Prajurit TNI, di antaranya 70 orang Babinsa Kodim 0316/Batam, 288 prajurit Yonif 136/Tuah Sakti, 54 personel Guskamla Koarmada I dan 93 personel Lanud Hang Nadim.
Sedangkan bagi Anggota Polri vaksinasi akan diberikan kepada 500 personel Bhabinkamtibmas dan unsur Polri lainnya. Pelaksanaan vaksinasi kali ini melibatkan 73 vaksinator TNI-Polri dan Dinas Kesehatan Kota Batam serta akan berlangsung selama tiga hari.
Terkait vaksinasi Covid-19 bagi prajurit TNI dan wnggota Polri yang dimulai dari 1 Maret, para Babinsa, Babinpotmar, Babinpotdirga dan Bhabinkamtibmas diprioritaskan untuk mendapatkan vaksinasi setelah gelombang pertama diberikan kepada para tenaga kesehatan, termasuk tenaga kesehatan TNI-Polri.
"Para prajurit TNI dan anggota Polri menjadi ujung tombak dalam pertarungan melawan musuh yang tidak terlihat. Walaupun saat ini kita memiliki senjata baru, yaitu vaksin Covid-19, akan tetapi upaya pencegahan harus tetap diutamakan," kata dia.
Sebelumnya, Hadi menyatakan, akam mengerahkan 29.736 prajurit untuk menjadi tracer atau pelacak penyebaran kasus Covid-19. Para prajurit itu akan beroperasi di tujuh provinsi yang melaksanakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) skala mikro di Jawa dan Bali.
"TNI akan mengerahkan 27.866 Babinsa, 1.768 Babinpotmar, dan 102 Babinpotdirga di tujuh provinsi di Jawa-Bali yang melaksanakan PPKM skala mikro," ujar Hadi dalam Apel Gelar Kesiapan Vaksinator dan Tracer Covid-19 di Markas Besar TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (9/2).
Hadi menerangkan, sebelum diterjunkan ke wilayah kerjanya masing-masing, para Babinsa, Babinpotmar, dan Babinpotdirga akan diberi pelatihan menjadi tracer Covid-19 terlebih dahulu. Dengan begitu, mereka akan dapat membantu pemerintah dalam mrlakukan tracing Covid-19 di tengah masyarakat.
"Di samping bertugas sebagai penegak disiplin protokol kesehatan, para prajurit TNI tersebut dapat membantu pemerintah untuk melaksanakan tracing Covid-19," kata dia.