Kamis 18 Mar 2021 14:21 WIB

Peneliti Menyebut Penyintas Covid-19 Tetap Wajib Divaksinasi

Kekebalan alami yang muncul dari para penyintas dianggap tak bertahan lama.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Gita Amanda
Ilustrasi Covid-19.  Penelitian terbaru di Denmark mendapati mereka yang sebelumnya tertular penyakit Covid-19 tetap harus memperoleh vaksinasi.
Foto: Pixabay
Ilustrasi Covid-19. Penelitian terbaru di Denmark mendapati mereka yang sebelumnya tertular penyakit Covid-19 tetap harus memperoleh vaksinasi.

REPUBLIKA.CO.ID, OSLO -- Penelitian terbaru di Denmark mendapati mereka yang sebelumnya tertular penyakit Covid-19 tetap harus memperoleh vaksinasi. Kekebalan alami yang muncul dianggap tak bertahan lama.

Dalam studi yang diterbitkan 17 Maret di jurnal medis The Lancet, para peneliti memanfaatkan hasil tes virus corona berulang dari sekitar 4 juta orang untuk melacak seberapa sering mereka yang sebelumnya terinfeksi SARS-CoV-2 terinfeksi kembali. Para ilmuwan dapat menganonimkan data dan membandingkan mereka yang dites positif selama gelombang Covid-19 pertama Denmark di musim semi lalu dengan mereka yang dites positif selama gelombang kedua di musim gugur. Ini karena hasil tes dikaitkan dengan catatan kesehatan masyarakat

Baca Juga

"Terungkap temuan kunci tentang tingkat infeksi ulang di negara itu. Pada musim semi, dua persen dari 530 ribu lebih orang yang dites SARS-CoV-2 ternyata positif. Di antara mereka, 0,65 persen dinyatakan positif lagi pada akhir tahun itu, dibandingkan dengan 3,3 persen dari mereka yang dites negatif selama gelombang pertama," kata ketua tim peneliti Steen Ethelberg dari Statens Serum Institut sebagaimana dilansir dari Time pada Kamis (18/3).

Hasil penelitian ini menunjukkan, infeksi SARS-CoV-2 memberikan sekitar 80 persen perlindungan terhadap infeksi ulang. Terlebih lagi, tidak ada bukti kekebalan ini berkurang selama enam bulan masa tindak lanjut penelitian.

Namun ketika para peneliti membagi data berdasarkan usia, mereka mengetahui perlindungan ini tidak seragam. Misalnya perlindungan hanya 47 persen untuk orang yang berusia di atas 65 tahun. "Hasil pada orang lanjut usia mengejutkan saya," ujar Ethelberg.

Baca juga : Pakar: Jangan Tunda Divaksin

"Ini sebenarnya penting, kami harus mengkomunikasikan ini karena Anda jelas tidak dapat mengandalkan perlindungan (pascasembuh Covid-19) jika Anda adalah lansia dan mengidap penyakit," lanjut Ethelberg.

Untuk menyesuaikan kemungkinan bahwa tes mengambil infeksi yang sama dua kali, tim Ethelberg menganalisis hasil dengan waktu yang berbeda di antara pengujian. Tetapi muncul dengan hasil yang serupa, menunjukkan infeksi sebelumnya sekitar 80-82 persen perlindungan dari infeksi ulang untuk kebanyakan orang dewasa.

Ethelberg menyebut data tim dikumpulkan hingga tahun lalu, sebelum varian utama SARS-CoV-2 muncul. Sehingga temuan tidak berlaku untuk kekebalan setelah infeksi dari jenis terbaru. Namun, Ethelberg berencana mengulang penelitian dengan data yang lebih baru untuk melihat apakah pola serupa berlaku untuk mereka yang terinfeksi varian.

"Untuk saat ini, temuan tersebut sangat menyarankan meskipun orang yang berusia di atas 65 tahun pernah mengalami Covid-19, mereka masih perlu divaksinasi, karena perlindungan mereka dari infeksi alami mungkin tidak cukup dengan sendirinya," imbau Ethelberg.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement