REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Banyak orang telah terjun menjadi relawan dalam penanganan pandemi Covid-19. Tidak hanya dari kalangan orang dewasa, para mahasiswa dan pelajar pun turut membantu dengan menjadi relawan bencana.
Arief Nur Rahman merupakan salah satu mahasiswa yang tergerak hatinya untuk menjadi relawan bencana di garis depan dalam pencegahan dan penanganan Covid-19. Mahasiswa baru Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini sudah tertarik untuk terjun menjadi relawan sejak mengisi formulir pendaftaran masuk kampus.
Arief mengetahui komunitas Mahasiswa Relawan Siaga Bencana (Maharesigana) UMM setelah melihat postingan Instagram salah satu senior yang dikenalnya. Keikutsertaan ini tidak lepas dari keinginannya untuk membantu sesama. "Ini sudah lama tumbuh sejak masih kecil," ucap Arief.
Melihat kakek dan neneknya yang bekerja sebagai dokter serta perawat membuat Arief juga ingin terjun di bidang yang sama. Namun takdir memberikan jalan yang berbeda, hingga akhirnya Arief mengambil bidang lain ketika berkuliah.
Arief kecil bercita-cita menjadi dokter. Namun karena beberapa hal, cita-cita tersebut tidak dapat diraihnya. Namun mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) ini masih membantu sesama dengan menjadi relawan bencana.
Arief mengaku baru pertama kali menjadi relawan bencana. Terpisah jauh dari keluarga di Gresik dan menjadi relawan di saat pandemi tentu membuat orang tuanya khawatir. Meski demikian, Arief berhasil meyakinkan mereka bahwa dia bisa menjaga diri dengan baik.
"Berkat penjelasan yang baik terutama terkait pengamanan protokol kesehatan, akhirnya mereka malah mendukung saya untuk berjuang di jalan kemanusiaan,” kata anak tunggal tersebut.
Saat sesi wawancara, Arief sempat mengenang beberapa kegiatan relawan yang telah ia lakukan selama setahun belakangan. Salah satu kegiatan yang masih segar di ingatannya, yakni memberikan bantuan psikososial kepada para penyitas bencana di Desa Ngentos Kabupaten Nganjuk.
"Dalam satu tim yang diterjunkan ke Ngentos, hanya saya yang tidak berasal dari jurusan psikologi. Meski begitu, saya sama sekali tidak gugup maupun bingung. Mungkin ini adalah hasil dari pelatihan intensif yang saya ikuti di Maharesigana," jelas Arief dalam pesan resmi yang diterima Republika, Sabtu (20/3).
Saat ini Arief sedang sibuk menyiapkan proyek kemanusiaan yang lain. Meski demikian, dia tetap memperhatikan pendidikan yang sedang ia jalani. Ia berharap bisa terus berproses agar bisa menjadi manusia yang lebih bermanfaat bagi masyarakat luas.
"Kalau dibilang capek ya pasti iya. Namun saya sangat senang dan tertarik pada bidang ini, jadi ke depannya saya masih akan terus menjadi relawan," kata dia menegaskan.