REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) mengapresiasi sikap pemerintah yang memastikan tidak akan memasukkan beras impor dalam waktu dekat lantaran bertepatan dengan masa panen raya.
Wakil Sekretaris Jenderal KTNA, Zulharman Djusman, mengatakan, pihaknya bersama para petani telah menyampaikan permohonan kepada pemerintah untuk tidak melakukan impor beras, setidaknya hingga Mei 2021. Sebab, masa puncak panen raya jatuh pada bulan Maret-April sehingga diperlukan adanya waktu pengamanan produksi saat dan pasca panen raya."Ya kita apresiasi karena sudah dijelaskan tidak akan ada beras impor sampai bulan Juni 2021," kata Zulharman kepada Republika.co.id, Ahad (28/3).
Ia mengatakan, kualitas gabah yang dihasilkan petani saat ini mulai membaik setelah sebelumnya mengalami kendala lantaran kadar air gabah lebih dari 25 persen. Itu disebabkan oleh curah hujan yang cukup tinggi di berbagai sentra padi.
Tingginya kadar air itu membuat Bulog sebagai kepanjangan pemerintah untuk menyerap gabah petani tidak bisa melakukan penyerapan karena terikat oleh aturan.
"Saat ini cuaca sudah mulai normal hampir di seluruh wilayah seperti Sumatera, Jawa, Sulawesi, Bali, NTB, jadi Insya Allah sudah bisa memenuhi kriteria Bulog," kata dia.
Adapun soal kemungkinan impor beras setelah Juni 2021, Zulharman mengatakan, para petani berharap jikalau harus dilakukan impor, volume harus ditekan sekecil mungkin. Ia mengatakan, setelah panen raya dilakukan, para petani akan melakukan penanaman kembali sementara gudang Bulog diharapkan menyimpan cadangan beras dalam jumlah yang besar.
Oleh sebab itu, meski produksi beras akan mengalami penurunan pada masa tanam, ketersediaan beras diyakini masih mencukupi kebutuhan dalam negeri. "Ya mungkin kebijakan pemerintah untuk impor bisa diiringi dengan kuota yang tidak besar karena petani pasti akan panen lagi," katanya.
--