REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN — Presiden Jerman Frank Walter Steinmeier menerima dosis pertama vaksin AstraZeneca pada Kamis (1/4). Politisi berusia 65 tahun itu divaksinasi di rumah sakit militer di Berlin.
“Saya percaya vaksin yang disetujui Jerman,” kata Steinmeier dalam sebuah pernyataan yang diunggah di media sosial, dikutip laman Anadolu Agency.
Sejumlah negara di dunia, termasuk Eropa, diketahui telah menangguhkan penggunaan vaksin AstraZeneca karena adanya kasus pembekuan darah. Steinmeier mendorong warga untuk berpartisipasi dalam vaksinasi.
“Vaksinasi adalah langkah penting untuk keluar dari pandemi. Manfaatkan peluang tersebut. Bergabunglah!” katanya.
Baru-baru ini Pemerintah Jerman sepakat membatasi penggunaan vaksin AstraZeneca. Vaksin tersebut hanya akan digunakan untuk warga berusia 60 tahun atau lebih.
Kasus pembekuan darah yang ditemukan pada beberapa orang penerima vaksin AstraZeneca menjadi faktor pertimbangan utama keputusan tersebut. “Singkatnya, ini tentang menimbang risiko efek samping yang secara statistik kecil, tapi perlu ditanggapi dengan serius,” kata Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn pada awak media di Berlin pada Selasa (30/3).
Keputusan membatasi penggunaan vaksin AstraZeneca berarti mengikuti rekomendasi dari panel ahli vaksin independen Jerman. Hal itu pun dilakukan setelah regulator medis di sana menemukan peningkatan kasus gumpalan darah yang tidak biasa di kepala pada penerima vaksin AstraZeneca baru-baru ini. Kasus gumpalan darah di kepala itu dikenal sebagai trombosis vena sinus.
Sejauh ini Jerman telah menemukan 31 kasus semacam itu pada penerima vaksin AstraZeneca. Beberapa wilayah Jerman, termasuk ibu kota Berlin dan negara bagian terpadat, yakni Rhine-Westphalia Utara, telah menangguhkan penggunaan AstraZeneca bagi orang-orang yang lebih muda.