Jumat 02 Apr 2021 20:36 WIB

Teror Kaum Neo Khawarij, Kanker Ganas di Tubuh Umat Islam?

Serangan teror yang terjadi adalah manivestasi pemikiran Khawarij era klasik

Red: Nashih Nashrullah
Serangan teror yang terjadi adalah manivestasi pemikiran Khawarij era klasik. ilustrasi terorisme
Foto:

Hadits-hadits mengenai kelompok dan perilaku kaum Khawarij ini sangat banyak jumlahnya. Para ulama juga mengakui validitas hadits-hadits tersebut. Dan Rasulullah menyebutkan bahwa Khawarij adalah seburuk-buruknya manusia. Di dunia ini banyak manusia keji, tetapi Rasulullah menyebut Khawarij sebagai makhluk paling buruk, bukan lainnya.  

Rasulullah menyebut ciri-ciri kaum Khawarij yang sangat rajin beribadah, yang jika para sahabat beliau membandingkan ibadah mereka dengan ibadah kaum Khawarij, para sahabat nabi pun merasa kalah rajin. Kaum Khawarij juga sangat fanatik dengan Alquran, tetapi tidak paham ajaran Islam dalam Alquran, sehingga mereka suka mengacungkan senjata kepada sesama Muslim sambil menuduh mereka dengan tuduhan musyrik atau tuduhan kafir.  

Mereka rajin membaca Alquran, tetapi hanya lewat kerongkongan mereka saja, tidak masuk ke dalam hati. Bahkan Rasulullah menyebutkan bahwa Islam keluar dari dada mereka seperti anak panah yang melesat dari busur dan menembus binatang buruan.

Ali bin Abi Thalib pernah meminta Ibnu Abbas untuk berbicara dengan kaum Khawarij dan memberi penjelasan tentang ayat-ayat Alquran serta ajaran Islam yang dipahami secara salah oleh mereka. Sekali datang, Ibnu Abbas pernah membuat delapan ribu orang Khawarij taubat.  

Kaum Khawarij yang tersisa dan terus melawan Ali bin Abi Thalib kemudian diperangi Ali dan pasukannya. Saat itu, Ali dan pasukannya sedang bersiap untuk berangkat perang melawan kafir harbi. Tetapi Ali memutuskan untuk mendahulukan memerangi kaum Khawarij yang saleh, khusyuk, dan anti maksiat itu terlebih dahulu. Kesalehan, kekhusyukan, dan ghirah Islam yang tinggi tanpa didasari ilmu dan pemahaman Islam yang benar, selalu menjadi masalah sejak masa Rasulullah.  

Dalam mukadimah Syarah Muslim karya Imam Nawawi maupun Syarah ‘Ilal al-Tirmidzi karya Ibnu Rajab, disebutkan bahwa orang-orang khusyuk, saleh, dan zuhud tetapi tidak berilmu, menjadi musuh bersama para ahli hadits dan para ulama karena mereka mengacaukan ajaran agama Islam. Sebagian ada yang menjadi Khawarij, sebagian lagi menjadi penyebab kesesatan dan kerancuan ajaran Islam.  

Rasulullah tidak mengkafirkan kaum Khawarij, meskipun menyebut mereka sebagai makhluk terburuk. Ali bin Abi Thalib menyebut mereka orang-orang tersesat, tetapi tidak mengkafirkan mereka. Al Azhar Mesir juga tidak mengkafirkan Khawarij ISIS. Bagaimanapun, mereka itu beragama Islam. Mereka itu tersesat. Mereka adalah penyakit, layaknya kanker. Dan penyakit itu ada di dalam tubuh kita, umat Islam.     

Rasulullah  SAW memberitahukan kepada kita umat Islam, bahwa kaum Khawarij itu akan selalu ada sampai akhir dunia.  Mereka bisa menjelma menggunakan nama apa saja. Berupa kelompok teror maupun kelompok politik radikal. Mereka menjadi bagian dari ujian umat Islam.

Tugas dan kewajiban kita adalah berusaha menghentikan kejahatan dan kekejian mereka, melalui usaha-usaha pengajaran yang benar maupun tindakan-tindakan tegas dan pendekatan keamanan. Seperti yang dilakukan Ali bin Abi Thalib dan Ibnu Abbas.  

Tetapi jika kita tidak mengakui bahwa penyakit bernama Khawarij itu ada di dalam tubuh umat kita, maka usaha menangani penyakit itu juga akan semakin sulit. Bagaimana kita akan mengobati suatu penyakit, jika penyakit itu tidak diakui keberadaannya. Padahal yang menyebutkan keberadaan penyakit itu adalah Rasulullah SAW sendiri. 

Bibit radikalisme adalah ideologi dan ajaran yang salah. Bukan ketidakadilan yang ada dalam persepsi kaum Khawarij. Apakah kita akan membenarkan tindakan kaum Khawarij yang membunuh Utsman bin Affan karena mereka merasa ada masalah ketidak-adilan? Wallahu A’lam. 

 

*Sekretaris PP MDS Rijalul Ansor  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement